tag:blogger.com,1999:blog-48712922322610459702024-03-13T22:55:49.528-07:00MGMP PKN CILEGONMGMP PKN CILEGONhttp://www.blogger.com/profile/10221615912309397983noreply@blogger.comBlogger38125tag:blogger.com,1999:blog-4871292232261045970.post-1555236745192143112010-11-14T08:28:00.001-08:002010-11-14T08:28:38.300-08:00Games memory<object width='430' height='300'><param name='movie' value='http://www.proprofs.com/games/swf/brain-training/copy-that.swf' /><param name='FlashVars' value='id=70' /><param name='allowScriptAccess' value='always' /><param name='quality' value='high' /><embed name='proprofs_flashGame' src='http://www.proprofs.com/games/swf/brain-training/copy-that.swf' FlashVars='id=70' width='430' height='300' allowScriptAccess='always' quality='high' type='application/x-shockwave-flash'></embed></object><div style='font-size:10px; font-family:Arial, Helvetica, sans-serif; color:#000;'><a href='http://www.proprofs.com/games/copy-that/' target='_blank' title='COPY THAT'>COPY THAT</a> » <a href='http://www.proprofs.com/games/' title='Puzzle games' target='_blank'>Puzzle games</a></div>MGMP PKN CILEGONhttp://www.blogger.com/profile/10221615912309397983noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4871292232261045970.post-62055262095608049442010-11-10T07:46:00.000-08:002010-11-10T07:46:16.138-08:00Workshop pengelolaan pendidikan lalu lintasPermasalahan lalu lintas sangat erat kaitannya dengan lalu lintas karena berbagai masalah dalam masyarakat berkaitan dengan lalu lintas sebagai sarananya. Meningkatnya pelanggaran lalu lintas yang berakibat pada peningkatan angka kecelakaan merupakan dampak dari minimnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap aturan dalam berlalu lintas.<br />
Dan untuk meningkatkan pemahaman secara gradual terhadap aturan dan disiplin lalu lintas, maka perlu adanya penanganan secara terpadu salah satunya melalui pendidikan, dimana pendidikan lalu lintas yang terintegrasi melalui mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn).<br />
Untuk itu dilaksanakan sosialisasi pendidikan lalu lintas ini dilaksanakan workshop pengelolaan pendidikan lalu lintas tahun 2010 dilaksanakan selama 3 hari di Hotel Jayakarta Anyer tanggal 10 s.d 12 Nopember 2010. Yang diikuti oleh Guru mata pelajaran PKn se Provinsi BantenMGMP PKN CILEGONhttp://www.blogger.com/profile/10221615912309397983noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4871292232261045970.post-35502521161733211652010-11-08T08:42:00.000-08:002010-11-08T08:42:09.933-08:00logo propinsi banten<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TNgoQtewMrI/AAAAAAAAAA8/BjCRR0-NRe0/s1600/banten+mini.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://4.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TNgoQtewMrI/AAAAAAAAAA8/BjCRR0-NRe0/s320/banten+mini.jpg" width="289" /></a></div>MGMP PKN CILEGONhttp://www.blogger.com/profile/10221615912309397983noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4871292232261045970.post-50817168659512378272010-11-08T08:40:00.000-08:002010-11-08T08:40:52.021-08:00logo kota cilegon<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TNgn-nS25pI/AAAAAAAAAA4/lWO4tGGsgVc/s1600/cilegon+mini.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://3.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TNgn-nS25pI/AAAAAAAAAA4/lWO4tGGsgVc/s320/cilegon+mini.jpg" width="306" /></a></div>MGMP PKN CILEGONhttp://www.blogger.com/profile/10221615912309397983noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4871292232261045970.post-33839024808164873312010-11-08T07:31:00.000-08:002010-11-08T08:31:52.183-08:00Birokrasi dan Demokratisasi<h2 style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"></span></h2><div></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoTitle" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b> </b></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoTitle" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i><b> </b></i></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><i><b></b></i></span><span style="font-size: small;"><i><b>Birokrasi dan Demokratisasi</b></i></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><i><b>Sebuah Critical Review </b></i></span><span style="font-size: small;"><b>Pembangunan Politik</b></span></div><div></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"></div><div class="MsoTitle" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><b>Martin Albrow, <i>Birokrasi</i>, Bab IV <i>Birokrasi dan Teoretisi Demokrasi</i></b> </span></div><div class="MsoTitle" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;">oleh Ahkdi Kumaeni </span></div><div class="MsoTitle" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: center;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoTitle" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><u> </u></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><u><b> </b></u></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoSubtitle" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b>Pendahuluan</b></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Konon gagasan tentang birokrasi lahir dari keprihatian terhadap tempat yang sepatutnya bagi pejabat dalam pemerintahan modern. Menurut Catatan Martin Albrow Secara khusus, kita telah menyaksikan bagaimana pada penulis abad ke-19 mempertentangkan birokrasi dengan demokrasi. Mereka menjelaskan aneka cara yang dengannya manfaat dan kegunaan pejabat negara dianggap merusak nilai-nilai demokrasi. Dengan kata lain, gejala yang diangap menentukan birokrasi dinyatakan sebagai topik yang signifikan bagi analisis-analisis karena hubungannya dengan nilai-nilai demokrasi, dan karena bertentangannya dengan nilai-nilai itu dianggap merupakan masalah-masalah yang memerlukan pecahan. Menjelaskan hakekat penyakit itu. Kemudian sebagai nilai-nilai demokrasi dirumuskan kembali, begitu pula konsep birokrasi disusun kembali.<a href="http://bangadik.blog.friendster.com/2007/09/birokrasi-dan-demokratisasi/#_ftn1" name="_ftnref1"><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference">[1]</span></span></a></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Analisis model demikian ini Martin menilai bisa didapati pada argumen lama tentang hubungan demokrasi dan birokrasi yang sisa-sisa diubah melalui penyajian yang mencakup dua perangkat masalah: spesifikasi nilai-nilai demokrasi, dan pengumpulan data-data tentang pejabat negara dalam pemerintahan modern.<a href="http://bangadik.blog.friendster.com/2007/09/birokrasi-dan-demokratisasi/#_ftn2" name="_ftnref2"><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference">[2]</span></span></a></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Setidaknya dapat diangkat dari mereka terdapat dua ciri konsepsi, yakni baik empirik maupun normatif yang harus dijelaskan. Untuk menunjukkan eksitensi birokrasi tersebut tidak cukup hanya dengan cara menunjukkan mode tingkah laku pada pejabat negara. Haruslah ditunjukkan bahwa tingkah laku ini tidak terkait dengan tugas mereka. “<i>Suatu fungsi yang karenanya mereka diangkat</i>”. Tetapi fungsi inilah yang selalu diperselisihkan. Karenanyalah ini merupakan inti pokok perdebatan yang tidak kunjung selesai tentang sifat birokrasi yang sesungguhnya.<a href="http://bangadik.blog.friendster.com/2007/09/birokrasi-dan-demokratisasi/#_ftn3" name="_ftnref3"><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference">[3]<a name='more'></a></span></span></a></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b>Mendiagnosa Birokrasi Sebagai upaya Demokratisasi <i>ala</i> Martin Albrow </b></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><b></b></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Didalam permulaan pembahasan ini, sebenarnya Martin Albrow akan menjelaskan dengan singkat bahwa konsep yang sedang diamatinya secara saksama adalah tentang pejabat-pejabat negara yang menjalankan tujuan-tujuan demokrasi. Akibat penerapannya yang relatif terhadap gejala empirik. Dengan memulai asumsinya kira-kira “<i>apakah tindakan pejabat-pejabat negara dianggap sebagai birokrasi tergantung pada bagaimana nilai-nilai demokrasi itu ditafsirkan dan yang mana diantara penafsiran itu yang dipandang salah. Karena, didalam masing-masing tafsir demokrasi terdapat suatu gagasan yang berkaitan dengan birokrasi</i>”.<a href="http://bangadik.blog.friendster.com/2007/09/birokrasi-dan-demokratisasi/#_ftn4" name="_ftnref4"><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference">[4]</span></span></a></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sebagian besar teori konstitusional di abad ke-19 dipersembahkan untuk mengelaborasi pembagian fungsi-fungsi antara orang-orang legislatif, eksekutif dan yudikatif negara demokrasi. Sedikit perhatian diberikan untuk memerinci tempat pejabat negara didalamnya. Posisinya yang semata-mata bersifat pelengkap ini diterima secara luas. Tetapi sebagai administrasi yang makin lama makin besar yang kemudian menjadi inti pemerintahan modern, kriterianya sebagai pelengkap semakin tampak tidak sesuai sebagai alat yang mencirikan sifat administrasi demokrasi. Kriteria yang berbeda seperti akuntabilitas, tanggung jawab, kepekaan atau perwakilan, dipandang merupakan standar-standar yang sesuai untuk mengartikulasikan nilai-nilai demokrasi, yang harus dipedomani para pegawai negara jika mereka tidak mau menjadi birokrasi. Sebab demikian Martin sepertinya hendak mengajak kita (pembaca) untuk melihat bagaimana masing–masing kriteria ini digunakan dalam usaha untuk mendiagdosis dan menyembuhkan masalah birokrasi, dan kita akan melihat bahwa masing-masing tindakan itu melibatkan interpretasi yang berbeda tehadap apa yang mendasar bagi konsep demokrasi.<a href="http://bangadik.blog.friendster.com/2007/09/birokrasi-dan-demokratisasi/#_ftn5" name="_ftnref5"><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference">[5]</span></span></a></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"></div><h1 style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Diagonasi Birokrasi; <i>Fungsi Pejabat dan Administrasi Demokratik</i></span></h1><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Martin berupaya membedakan tiga posisi dasar tentang fungsi-fungsi pejabat di negara demokrasi yakni:</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i>Pertama</i>, bahwa pejabat menuntut kekuasan terlalu besar dan perlu dikembalikan pada fungsinya yang semula. </span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i>Kedua</i>, bahwa pejabat benar-benar memiliki kekuasaan dan tugas semakin besar dan jabatan harus dijalankan secara bijaksana. </span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i>Ketiga</i>, bahwa kekuasan itu diperlukan oleh para pejabat dan yang harus dicari adalah metode-metode yang dengannya pelayanan mereka dapat disalurkan bersama-sama. </span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoBodyTextIndent" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Dari posisi tersebut, yang ketiga jelas paling radikal tetapi jelas juga kurang terartikulasi; yang kedua paling ortodoks, dan yang pertama lebih dekat dengan keperihatinan abad ke-19. Ia merupakan yang paling dekat dan populer di hadapan kaum yuris (para ahli hukum).. </span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Dalam konteks iinilah Martin berupaya memberi penekanan yang berbeda pada fungsi-fungsi pejabat negara yang mencakup interpretasi yang berbeda tentang apa yang dipahami oleh admistrasi yang demokratik dan begitu juga mencakup perspektif yang berbeda terhadap masalah birokrasi. Dengan meminjan konsep dari Herman Finer<a href="http://bangadik.blog.friendster.com/2007/09/birokrasi-dan-demokratisasi/#_ftn6" name="_ftnref6"><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference">[6]</span></span></a> tentang kriteria tanggung jawab menurut akuntabilitas metode diganti dengan keprihatinan terhadap kepekaan pejabat pada kebutuhan-kebutuhan umum. Cara lain untuk mengemukakan ini, melalui pertimbangan terhadap penekanan yang berbeda pada konsep demokrasi yang dicakupnya. Mereka yang menganggap pejabat dikhawatirkan terlalu diperluas tentang berkaitan dengan gagasan kekuasaan berdasarkan hukum dan pengawasan pemerintahan oleh wakil yang dipilih. Mereka yang percaya bahwa fungsi-fungsi dalam pembuatan kebijakan kurang dapat diterima, lebih cenderung mengembangkan gagasan-gagasan pemerintahan yang mengekspresikan keinginan dasar rakyat dan gagasan tentang arus informasi yang bebas antara yang memerintah dan yang diperintah. Menurut pendirian ini masalah birokrasi timbul manakala pejabat gagal memahami atau mengangapi kebutuhan umum. Hal ini dapat terjadi bahkan ketika prosedur kontrol formal ditutup secara rapat sekali.<a href="http://bangadik.blog.friendster.com/2007/09/birokrasi-dan-demokratisasi/#_ftn7" name="_ftnref7"><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference">[7]</span></span></a> </span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> Setidaknya para penentang penekanan pada kontrol formal di dalam administrasi negara, mempertahankan bahwa jika kontrol formal itu diperlukan bagi individu agar memiliki otonomi personal dan kebebasan dalam mengambil keputusan dan perilaku bagi masyarakat agar individu memiliki keterikatan yang mendalam terhadap nilai-nilai demokrasi, karenanya, maka tanpa kecuali syarat-syarat itu diperlukan bagi pejabat negara dan pegawai negeri.<a href="http://bangadik.blog.friendster.com/2007/09/birokrasi-dan-demokratisasi/#_ftn8" name="_ftnref8"><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference">[8]</span></span></a></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Pada titik inilah didapati kesimpulan oleh Martin bahwa komitmen pejabat terhadap nilai-nilai demokrasi adalah suatu benteng pengaman yang lebih penting bagi demokrasi dari pada sistem kontrol. Metode-metode mancapai hasil ini mencakup suatu penekanan yang keras pada kompetensi profesional dan suatu kebijakan rekrutmen yang memliki orang-orang yang berkaliber baik serta menjamin bahwa latar belakan sosial mereka adalah begitu rupa sehingga mereka disenangi oleh semua golongan masyarakat.(perlu ditekankan bahwa kebanyakan sistem sosial menilai dua aspek rekrutmen ini tidak cocok). Profesionalisme dan pewakilan diharapkan menambah kepercayaan politik,dan sebagai akibatnya adalah menurunnya permintaan kontrol formal.tetapi efek yang menggunakan tidak behenti di sini.penurunan kontrol fomal yang berasal dari luar mengakibatkan pengurangan kontrol formal dalam hiearki jabatan. Pejabat merasa kurang terancam sedangkan kepercayaan antar pejabat meningkat. Sebagaimana juga mengutip kesimpulan B.H. Baum bahwa desentralisasi tergantung pada kepercayaan timbal balik. Tetapi desentralialisasi berkaitan dengan kecepatan keputusan. Pada gilirannya hal ini mengurangi friksi dengan umum dan memperkuat keyakinan umum. Lingkaran setan birokrasi telah melemah.<a href="http://bangadik.blog.friendster.com/2007/09/birokrasi-dan-demokratisasi/#_ftn9" name="_ftnref9"><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference">[9]</span></span></a></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Demikian ini, pejabat negara modern tampak seperti aristokrat paternalistik. tetapi ditegaskan oleh Martin bahwa publik itu bersuara, walaupun pejabat orang yang dipilih, suara siapakah yang didengar, dan dengan tingkat perhatian yang bagaimana. Mengutip pendapat John Stuart Mill melihat adanya konflik tajam antara birokrasi dan demokrasi perwakilan. Ia melihat pada terakhir mempunyai ciri yang jelas memperkuat kemanpuan tindakan politik dan menjamin kekuasaan tindakan terorganisir tersebut didalam masyarakat. Keyakinan pandangan ini ialah bahwa menurut gagasan demokrasi,kekuasam memutuskan tidak diperuntungkan kepada orang sedikit yang mempertahangkan posisi ketiga pada masalah birokrasi yang kita kenali. Itulah dasar tuntutan bagi warga negara, pemerintah kaum baru atau kekuasaan mahasiswa. Ia telah diterima tanpa pejelasan yang sah.<a href="http://bangadik.blog.friendster.com/2007/09/birokrasi-dan-demokratisasi/#_ftn10" name="_ftnref10"><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference">[10]</span></span></a></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"></div><h1 style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Penutup: <i>Ideologi Barat versus Birokrasi Modern</i></span></h1><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Martin kemudian mengakhiri catatan bab ini, bahwa perlu diingat pula dari segi perbincangan ideologis, bahwa tema yang sama akan tampak: <i>gambaran munculnya pembahasan radikal tentang struktur pembuatan keputusan dalam suatu negara dan organisasi-organisasi yang mendominasi masyarakat modern</i>.<a href="http://bangadik.blog.friendster.com/2007/09/birokrasi-dan-demokratisasi/#_ftn11" name="_ftnref11"><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference">[11]</span></span></a> Bahwa terdapat asumsi-asumsi yang tidak teruji dibalik argumen mereka yang menyatakan bahwa asumsi itu merupakan ekspresi ideologi masyarakat Barat yang canggih. Biasanya diasumsikan bahwa disamping semua manusia adalah anggota kelompok kepentingan, hanya sejumlah kecil manusia yang dapat melihat kepentingan semua manusia. Demokrasi yang dianggap merupakan kepentingan bersama ini, hanya sedikit yuang dapat ditampatkan dalam tindakan politik. Menurut Martin hal yang demikian itu pasti benar bahwa aspek tindakan itu akan terus tumbuh, dan pula bahwa pejabat negara akan meningkat jumlahnya, kaliber mereka harus selalu ditingkatkan karena keputusan yang mereka buat menjadi lebih kompleks.<a href="http://bangadik.blog.friendster.com/2007/09/birokrasi-dan-demokratisasi/#_ftn12" name="_ftnref12"><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference">[12]</span></span></a></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Dengan demikian bagi kalangan radikal, justru pengakuan teoretisi demokrasi Barat tehadap kerangka konseptual yang telah ada ini yang cocok dengan problem birokrasi modern. Pada akhirnya, kehidupan sosial tergantung pada konsep-konsep bersama dan itupun mungkin dirasakan bahwa ada batas konsensus yang memadai tentang pengertian birokrasi yang populer untuk membenarkan penerimaan konsep ini oleh para ilmuawan sosialisasi. Demikian ini simpulan Martin.<a href="http://bangadik.blog.friendster.com/2007/09/birokrasi-dan-demokratisasi/#_ftn13" name="_ftnref13"><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference">[13]</span></span></a></span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> </span></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"></span><br />
<span style="font-size: small;"> <hr align="left" width="33%" /></span> <br />
<div id="ftn1"><div class="MsoFootnoteText"><span style="font-size: x-small;"><a href="http://bangadik.blog.friendster.com/2007/09/birokrasi-dan-demokratisasi/#_ftnref1" name="_ftn1"><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference">[1]</span></span></a> Lihat dalam Martin Albrow, <i>Birokrasi</i>, Bab IV <i>Birokrasi dan Teoretisi Demokrasi</i>, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya), hlm. 105.</span></div></div><div id="ftn2"><div class="MsoFootnoteText"><span style="font-size: x-small;"><a href="http://bangadik.blog.friendster.com/2007/09/birokrasi-dan-demokratisasi/#_ftnref2" name="_ftn2"><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference">[2]</span></span></a> Ibid, hlm. 106.</span></div></div><div id="ftn3"><div class="MsoFootnoteText"><span style="font-size: x-small;"><a href="http://bangadik.blog.friendster.com/2007/09/birokrasi-dan-demokratisasi/#_ftnref3" name="_ftn3"><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference">[3]</span></span></a> Ibid.</span></div></div><div id="ftn4"><div class="MsoFootnoteText"><span style="font-size: x-small;"><a href="http://bangadik.blog.friendster.com/2007/09/birokrasi-dan-demokratisasi/#_ftnref4" name="_ftn4"><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference">[4]</span></span></a> Ibid, lihat pada hlm. 108.</span></div></div><div id="ftn5"><div class="MsoFootnoteText"><span style="font-size: x-small;"><a href="http://bangadik.blog.friendster.com/2007/09/birokrasi-dan-demokratisasi/#_ftnref5" name="_ftn5"><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference">[5]</span></span></a> Dikutip langsung dari ibid, hlm. 109.</span></div></div><div id="ftn6"><div class="MsoFootnoteText"><span style="font-size: x-small;"><a href="http://bangadik.blog.friendster.com/2007/09/birokrasi-dan-demokratisasi/#_ftnref6" name="_ftn6"><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference">[6]</span></span></a> Herman Finer</span></div></div><div id="ftn7"><div class="MsoFootnoteText"><span style="font-size: x-small;"><a href="http://bangadik.blog.friendster.com/2007/09/birokrasi-dan-demokratisasi/#_ftnref7" name="_ftn7"><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference">[7]</span></span></a> Lihat, ibid, hlm. 111-112</span></div></div><div id="ftn8"><div class="MsoFootnoteText"><span style="font-size: x-small;"><a href="http://bangadik.blog.friendster.com/2007/09/birokrasi-dan-demokratisasi/#_ftnref8" name="_ftn8"><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference">[8]</span></span></a> Ibid, hlm. 117.</span></div></div><div id="ftn9"><div class="MsoFootnoteText"><span style="font-size: x-small;"><a href="http://bangadik.blog.friendster.com/2007/09/birokrasi-dan-demokratisasi/#_ftnref9" name="_ftn9"><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference">[9]</span></span></a> Ibid.</span></div></div><div id="ftn10"><div class="MsoFootnoteText"><span style="font-size: x-small;"><a href="http://bangadik.blog.friendster.com/2007/09/birokrasi-dan-demokratisasi/#_ftnref10" name="_ftn10"><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference">[10]</span></span></a> Ibid, hlm. 119</span></div></div><div id="ftn11"><div class="MsoFootnoteText"><span style="font-size: x-small;"><a href="http://bangadik.blog.friendster.com/2007/09/birokrasi-dan-demokratisasi/#_ftnref11" name="_ftn11"><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference">[11]</span></span></a> Ibid.</span></div></div><div id="ftn12"><div class="MsoFootnoteText"><span style="font-size: x-small;"><a href="http://bangadik.blog.friendster.com/2007/09/birokrasi-dan-demokratisasi/#_ftnref12" name="_ftn12"><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference">[12]</span></span></a> Ibid.</span></div></div><div id="ftn13"><div class="MsoFootnoteText"><span style="font-size: x-small;"><a href="http://bangadik.blog.friendster.com/2007/09/birokrasi-dan-demokratisasi/#_ftnref13" name="_ftn13"><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference">[13]</span></span></a> Ibid.</span></div></div></div>MGMP PKN CILEGONhttp://www.blogger.com/profile/10221615912309397983noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4871292232261045970.post-32136615440942997242010-11-02T22:08:00.000-07:002010-11-02T22:09:11.563-07:00Aktivitas Anak Krakatau Meningkat<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><a href="http://www.indotravelers.com/banten/images/letusan_gunung_krakatau_2007.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://www.indotravelers.com/banten/images/letusan_gunung_krakatau_2007.jpg" /></a></span><span style="font-size: small;"><b>Serang</b>-03/11/2010. Adanya peningkatan </span><span style="font-size: small;"> aktivitas Gunung Anak Krakatau </span><span style="font-size: small;">sudah terlihat </span><span style="font-size: small;">lewat Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau terhitung sejak akhir September lalu</span><span style="font-size: small;">. Sekalipun belum meletus, aktivitas gunung bisa menimbulkan bahaya. Dari data seismograf di Pos Pemantau Gunung Anak Gunung Krakatau di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Serang, Banten, telah terjadi 649 aktivitas kegempaan berupa gempa vulkanik dalam, gempa vulkanik dangkal, letusan, hembusan, dan tremor. Jumlah itu meningkat signifikan jika dibandingkan dengan sehari sebelumnya.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Menurut Kepala sub Bidang Pengamatan Gunung BMKG Agus Budianto, aktivitas anak Krakatau tidak memiliki siklus tertentu. Menurut dia, pada tahun 2001 anak Krakatau sempat meletus, lalu berlanjut pada tahun 2007. “<i>Tahun 2010 beraktivitas lagi. Nggak jelas siklusnya. Makanya kita monitoring terus</i>,” tambahnya. Agus meminta masyarakat di sekitar lokasi tidak panik. Sebab, jarak antara gunung hingga ke perumahan warga cukup jauh. “<i>Anak Krakatau dari pantai Lampung dan Pantai Carita itu 40 Km. Kalau di sekitarnya kosong sama sekali</i>,” tutupnya.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Petugas pemantau mengimbau warga dan wisatawan agar tidak mendekat ke lokasi gunung api dalam radius dua kilometer. Cuaca buruk turut menghalangi pemantauan yang dilakukan petugas untuk mengamati kondisi gunung api tersebut. </span></div>MGMP PKN CILEGONhttp://www.blogger.com/profile/10221615912309397983noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4871292232261045970.post-79762426467912191882010-10-31T00:45:00.000-07:002010-10-31T00:45:58.976-07:00Dosen Kewarganegaraan sebagai Pengembang Nilai-nilai Kepribadian Bangsa<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><b><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Bandung, (20/10),- </span></b><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Aster Kasdam III/Slw, Kolonel Kav Kustanto Hadiatmoko, mewakili Pangdam III/Slw, membuka acara Penataran dan Lokakarya Dosen Pendidikan Kewarganegaraan (Doswar) tahun 2010, bertempat di Dodik Bela Negara Rindam III/Slw Cikole Lembang Kabupaten Bandung Barat, Rabu (20/10). <a name='more'></a><o:p></o:p></span></div><div> </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Pentaloka Doswar yang diikuti oleh 100 orang dosen dari berbagai Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta se Provinsi Jabar dan Banten ini akan berlangsung sampai dengan tanggal 21 Oktober 2010, dihadiri oleh perwakilan dari Kementrian Pertahanan, para Narasumber Doswar, serta para pejabat TNI dan Polri wilayah Bandung, mengambil tema : "<span>Dengan Semangat Bela Negara Kita Tingkatkan Kualitas Dosen Kewarganegaraan sebagai Pengembang Nilai-nilai Kepribadian Bangsa</span>". <o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Pangdam III/Slw, Mayor Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo dalam sambutan yang dibacakan Aster Kasdam III/Slw mengatakan peranan para Dosen Pendidikan kewarganegaraan memiliki peran yang sangat penting di kalangan perguruan tinggi. Namun harus disadari bahwa upaya penyampaian kepada mahasiswa harus dijauhkan dari kesan indoktrinasi apalagi pemaksaan, sebagaimana terjadi di masa lalu. Penyampaian pendidikan kewarganegaraan harus semakin disesuaikan dengan dinamika jaman dan dunia kemahasiswaan itu sendiri. <o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Selanjutnya menurut Pangdam, ditengah era kebebasan berpendapat dan keterbukaan, maka pendekatan dialog dan diskusi, <i>sharing</i> atau berbagi pemahaman, serta yang tidak kalah pentingnya pemberian contoh dan teladan, dapat dijadikan sebagai alternatif dalam penyampaian pendidikan kewarganegaraan dikalangan mahasiswa. <o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Selain itu menurut pangdam, untuk dapat menyampaikan Pendidikan Kewarganegaraan, terlebih bagi kalangan mahasiswa, maka pemahaman tentang mahasiwa juga perlu dimiliki secara utuh. Mahasiswa adalah bagian dari generasi muda bangsa yang sedang dalam masa pembelajaran tentang kehidupan. Tingkat pemahaman sosialnya baru mulai berkembang, sehingga proses pembelajaran-nya ditandai dengan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap kehidupan. <o:p></o:p></span><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt; line-height: 150%;"> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Dalam tahapan seperti itu, maka apabila mahasiswa mendapatkan pemahaman dari lingkungan yang tepat dan konsisten pada tata nilai yang benar, maka diharapkan mahasiswa akan memiliki pemahaman yang utuh terhadap kehidupan. Sebaliknya apabila yang diterima dari lingkungannya adalah pemahaman yang keliru, maka hampir dapat dipastikan akan menjadikan mahasiswa memiliki pemahaman yang semu atau tidak benar terhadap kehidupan. <o:p></o:p></span></div><div style="text-align: justify;"> <span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Mengakhiri sambutannya, Pangdam mengingatkan bahwa Pentaloka Doswar yang dilaksanakan bukanlah sekedar melaksanakan program dari satuan atas. Namun harus dapat dijadikan sebagai sarana komunikasi, koordinasi dan saling berbagi pengetahuan dan wawasan tentang pendidikan kewarganegaraan, baik antara nara sumber dengan para peserta, maupun diantara peserta Pentaloka sendiri. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt; line-height: 150%;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: Verdana; font-size: 10pt; line-height: 150%;">Sumber: <a href="http://www.tni.mil.id/index2.php?page=detailterkini.html&nw_code=2011200920117383">http://www.tni.mil.id</a></span></div>MGMP PKN CILEGONhttp://www.blogger.com/profile/10221615912309397983noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4871292232261045970.post-3627080071549038512010-10-31T00:42:00.000-07:002010-10-31T00:42:50.843-07:00Pendidikan Karakter di Cina<div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 17.75pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; font-weight: normal;">Dalam ajaran islam terdapat sebuah hadits yang mengatakan “belajarlah sampai ke negeri China”. China merupakan salah satu negara yang memiliki sejarah peradaban yang tercatat dalam tinta emas dunia. Dalam kaitannya dengan pendidikan, China memberikan banyak pelajaran berharga, terutama terkait dengan fokus bidang kajian penulis yaitu pendidikan karakter. </span><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; font-weight: normal;">Cina menjadi salah satu negara yang menarik untuk kajian pendidikan karakter. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; font-weight: normal;">Hal ini didukung dengan realita bahwa walaupun ideologi berbeda, tetapi Cina </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; font-weight: normal;">memiliki karakteristik sosial yang hampir sama, yaitu negara berbudaya timur, berjumlah penduduk besar dan memiliki beragama suku bangsa. </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; font-weight: normal;">Selain itu, </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; font-weight: normal;">Cina </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; font-weight: normal;">mengalami perkembangan sangat pesat dan menjadi salah satu kompetitor negara maju Amerika Serikat</span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; font-weight: normal;">, sehingga dijuluki raksasa ekonomi</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; font-weight: normal;">. Warga Negara China sangat bangga dengan negaranya dan sangat menghargai sejarah keemasan negaranya serta berkeinginan mengembalikan kejayaan tersebut saat ini dan masa datang. Tentunya perkembangan ini didukung oleh kebijakan reformasi pendidikan, terutama berkaitan dengan pendidikan karakter.</span><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> <a name='more'></a></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 17.75pt; text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Komitmen kuat Pemerintah Cina untuk memajukan Pendidikan Karakter. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan pemimpin Cina sebagaimana tertuang dalam buku Li Lanqing (mantan Wakil PM Cina) “<i>Education for 1.3 Billion” </i>bahwa Deng Xiaoping pada tahun 1985, secara eksplisit mengungkapkan pentingnya pendidikan karakter: <i>Throughout the reform of the education system, it is imperative to bear in mind that reform is for the fundamental purpose of turning every citizen into a man or woman of character and cultivating more constructive members of society </i>(<i>Decisions of Reform of the Education System</i>, 1985). Secara eksplisit Presiden Jiang Zemin, memberikan dukungan melalui pidato-pidatonya: “<i>After many years of practice, character education has become the consensus of educators and people from all walks of life across this nation. It is being advanced in a comprehensive way</i>“. Karena itu program pendidikan karakter telah menjadi kegiatan yang menonjol di Cina yang dijalankan sejak jenjang pra-sekolah sampai universitas dan mendapat dukungan kuat dari pemerintah.</span></div><div></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 17.75pt; text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Komitmen pemerintah Cina tidak sebatas ungkapan tetapi ditindaklanjuti dengan implementasi di lapangan, terbukti dengan dikeluarkannya peraturan pelaksanaan diantaranya” </span><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">“Regulation of the Work of Moral Education in Primary and Secondary Schools”, “Outline for Moral Education in Primary and Secondary Schools” and the “Outline for Moral education in High Schools”. Disamping itu dirumuskan pula oleh pemerintah “Code of Conduct of Primary School Pupils”, the “Code of Conduct of Secondary School Students”, the “Norms of Daily Behaviors for primary School Pupils” yang harus diterapkan di sekolah. Selain itu didukung pula dengan berbagai pola pembinaan yang secara tidak langsung mendukung pengembangan karakter warga Negara.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 17.75pt; text-align: justify;"><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pola pembinaan karakter di Cina dikembangkan melalui beberapa cara seperti berikut yaitu: </span></div><ol style="text-align: justify;"><li><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"></span></span><b><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">P</span><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">endidikan </span></b><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><b>kewarganegaraan dengan label pendidikan moral</b>, </span><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pendidikan moral merupakan mata pelajaran yang pertama dan utama yang diajarkan pada seluruh jenjang pendidikan. Pendidikan moral di Cina berisi doktrinasi ideologi-politik negara yang berpahamkan Marxisme-Leninisme, dan moral sosialis berdasarkan ajaran </span><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Mao Zedong, teori Deng Xiaoping , dan <i>Five Loves: love the motherland and love the people, love labor, love science and love socialism</i>“</span><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">. Pendidikan moral menekankan pada kecintaan kepada negara, kesadaran moral sosialis sejati yang harus menjadi alat untuk mencapai tujuan akhir ideologi sosialisme, dan praksisnya adalah bagaimana menyiapkan manusia untuk mempunyai karakter seorang sosialis sejati (persaudaraan antarmanusia; saling peduli, dan berkeadilan), kerja keras dan jujur. Untuk tingkat universitas, muatan materi Pendidikan </span><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kewarganegaraan </span><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">di Cina lebih banyak dan dipelajari melalui beberapa mata kuliah </span><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">umum yang wajib diikuti mahasiswa yaitu </span><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">“<i>Basic Principles of Marxism”, “An Introduction to Mao Zedong Thought, Deng Xiaoping Theory and the Significant Thought of Three Representatives”, “outline of Modern Chines History”, and “Situation and Policy</i>”</span><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">. </span><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pendidikan Moral di Cina masih mempertahankan karakternya sebagai indoktrinasi ideologi politik marxisme bagi generasi muda dan warga negaranya. Dengan Pendidikan moral ini lah Cina mampu mempertahankan ideologi politik marxisme nya melawan liberalisme-kapitalisme Barat</span></li>
<li><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><b><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">M</span><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">ata pe</span></b><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><b>lajaran lain dalam standar isi dan proses pembelajaran,</b> </span><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pendidikan karakter di Cina tidak hanya dikembangkan melalui mata pelajaran Pendidikan Moral dan Ideologi Politik tetapi </span><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">semua mata pelajaran mengambil bagian penting dalam pengembangan pendidikan karakter yang tercantum dalam standar isi kurikulum dan proses pembelajaran di kelas. Guru mengaitkan materi pembelajaran dengan nilai-moral-norma dalam kehidupan sehari-hari misalnya persaudaraan, hormat kepada orang tua, pemeliharaan lingkungan, kedisiplinan, kejujuran, self evaluation dan penilaian antar teman dalam penegakan aturan. Dalam setiap kesempatan pembelajaran guru menanamkan kebanggaan terhadap negara China, dan sejarah kejayaan negara China di masa lalu yang harus dibangkitkan kembali saat ini dan ke depan, Di tingkat universitas pada umumnya pemaparan materi perkuliahan diawali dengan latar belakang historis China yang mewarnai perkembangan pemikiran suatu teori. Di persekolahan pun guru senantiasa menggali karya-karya para pemikir besar China di masa lalu dan saat ini.</span></li>
<li><b><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">K</span></b><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><b>egiatan praktikum terintegrasi mulai kelas 3 SD sampai Universitas,</b> </span><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kegiatan praktikum terintegrasi ini meliputi </span><span class="longtext"><span style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: white none repeat scroll 0% 0%; color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">penelitian (inquiry dan eksperimen)</span></span><span class="longtext"><span lang="IN" style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: white none repeat scroll 0% 0%; color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, </span></span><span class="longtext"><span style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: white none repeat scroll 0% 0%; color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">pendidikan teknis untuk keterampilan kerja, </span></span><span class="longtext"><span lang="IN" style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: white none repeat scroll 0% 0%; color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">pengabdian kepada masyarakat (<i>community service</i>),</span></span><span class="longtext"><span style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: white none repeat scroll 0% 0%; color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> dan </span></span><span class="longtext"><span style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: white none repeat scroll 0% 0%; color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> <span lang="IN">praktek kerja</span></span></span><span class="longtext"><span style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: white none repeat scroll 0% 0%; color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> lapangan</span></span><span class="longtext"><span lang="IN" style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: white none repeat scroll 0% 0%; color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">. </span></span><span class="longtext"><span style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: white none repeat scroll 0% 0%; color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> Sehingga tidak heran jika di China terlihat beberapa mahasiswa memberikan pelayanan social dan praktek bekerja menjaga gerbang universitas, menjaga asrama, menjaga gedung perkuliahan. Di zebra cross terlihat siswa SMA bertugas menyebrangkan pejalan kaki, di tempat wisata menjadi pemandu wisata, mendorong kursi roda penyandang cacat, kepanitiaan dalam kegiatan sosial, misalnya pengumpulan buku sumbangan, menjaga stand dalam kegiatan expo, dan lain-lain. Melalui kegiatan penelitian (inquiry dan eksperimen) siswa dituntut kreativitasnya untuk menemukan suatu karya baru. Tidak heran hal inilah yang membuat warga China kreatif dalam membuat aneka karya dalam <i>home industry</i> yang laku secara ekonomis di pasaran internasional. </span></span><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Penilaian terhadap praktikum terintegrasi dilakukan oleh panitia </span><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">atau lembaga </span><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">dimana siswa berpraktek dan seterusnya dilaporkan kepada </span><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">guru/sekolah/universitas. </span><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kegiatan praktikum terintegrasi</span><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> ini merupakan </span><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">wahana pembinaan moral siswa secara praktis. </span><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Hal ini sejalan dengan Lickona (1992), bahwa moral yang harus dibelajarkan adalah <i>moral knowing atau pengetahuan tentang moral,</i> <i>moral feeling</i> yang merupakan sumber energi dari diri manusia untuk bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip moral dan <i>Moral Action</i> yaitu bagaimana membuat pengetahuan dan perasaan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Kegiatan praktikum inilah yang merupakan moral action. Melalui praktikum terintegrasi proses <i>knowing the good, loving the good, and acting the good,</i> yaitu proses pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, emosi, dan fisik dilakukan siswa secara terintegrasi, sehingga akhlak mulia bisa terukir menjadi <i>habit of the mind, heart, and hands</i>.</span></li>
<li><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><b>Iklim Sekolah</b> , </span><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> </span></li>
</ol><ul style="text-align: justify;"><li><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Pemerintah memiliki komitmen untuk memajukan pendidikan dengan membangun sekolah yang berasrama sejak SD sampai Perguruan Tinggi dengan fasilitas yang sangat memadai. Pada persekolahan berasrama pembentukan karakter (toleransi, kemandirian, ketekunan, pencapaian prestasi terbaik) terpola melalui aktivitas di sekolah dan di asrama. Di Huazhong Normal University tempat saya tinggal, semua mahasiswa wajib tinggal di asrama. Kampus didirikan di area yang sangat luas karena setiap fakultas disamping memiliki gedung perkuliahan juga memiliki asrama tersendiri. Untuk mahasiswa asing yang jumlahnya mencapai 1000 orang lebih disediakan dormitory khusus mahasiswa asing dengan fasilitas yang sangat memadai; </span></li>
<li><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"></span></span><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">P</span><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">enegakan p</span><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">eraturan</span><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> di kelas dan </span><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">sekola</span><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">h. Walaupun pada umumnya jumlah siswa dalam satu kelas 60 orang (kelas gemuk) tetapi siswa disiplin, tertib, dan aktif dalam pembelajaran. Sekolah memiliki peraturan yang jelas dan tegas sanksinya. Peraturan tersebut terpampang di dinding lorong sekolah dan semua siswa harus<i> self evaluation</i> dan juga saling menilai antar teman. Suatu waktu ada siswa terlambat ikut senam pagi, maka dia dengan sendirinya memisahkan diri, kemudian berdiri di depan pintu kelas tidak berani masuk sebelum gurunya mempersilahkan. Ada siswa yang naik tangga pada tangga yang bertuliskan “tangga turun”, maka siswa yang lain menegurnya. Di Huazhong Normal University diterapkan sistem “bel” untuk masuk kelas, pergantian jam pelajaran (setiap pergantian jam pelajaran diberikan waktu istirahat 10 menit), dan selesai kelas perkuliahan. Pintu kelas perkuliahan menggunakan system modern, dimana hanya bisa dibuka dari dalam kelas, sehingga mahasiswa yang datang terlambat tidak bisa langsung masuk kelas; </span><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> </span></li>
<li><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Penyediaan berbagai kegiatan ekstrakurikuler sesuai minat siswa diantaranya </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Students’ science club</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Flag class</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Speaking club</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Writing club (Journalist)</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Instrumental music</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Art</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Start English</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Soccer club</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Photograph</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Concentration union</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Movie</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Dancing</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Singing</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Creative art</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Computer</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Accoustic class</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, </span><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Automotive</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">, dan lain-lain. <span class="longtext1"><span style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: white none repeat scroll 0% 0%; color: black;">Kegiatan ini dibimbing oleh guru dan juga mendatangkan ahli dari luar sehingga banyak menghasilkan siswa yang berprestasi sesuai bidangnya dalam kegiatan pertandingan dan perlombaan yang diadakan oleh pemerintah maupun swasta; </span></span></span></li>
<li><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><span class="longtext1"><span style="-moz-background-clip: border; -moz-background-inline-policy: continuous; -moz-background-origin: padding; background: white none repeat scroll 0% 0%; color: black;"></span></span></span><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Komitmen pemerintah untuk mengembangkan siswa yang sehat fisik dan mental disamping siswa yang cerdas dan bermoral, maka setiap sekolah difasilitasi dengan berbagai fasilitas olah raga yang memadai, terutama lapang sepak bola, tenis meja, bulu tangkis, dan senam (bahkan pada sekolah unggulan difasilitasi dengan kolam renang). Fasilitas ini digunakan siswa tidak hanya ketika pelajaran olah raga tetapi ketika istirahat pun mereka memanfaatkannya. Pada tingkat persekolahan siswa sudah difokuskan peminatan olah raga, bahkan pada tingkat Universitas, mahasiswa wajib masuk club-club olah raga. Hal ini membuat bakat-bakat olah raga terpupuk sejak kecil dan sebagai modal untuk berprestasi dalam olah raga di tingkat internasional seperti yang telah diraih China saat ini. Tidak heran pula masyarakat China menjadikan olah raga sebagai sebuah kebutuhan, sehingga di tempat-tempat umum lainnya, misalnya di taman kota difasilitasi dengan alat-alat olah raga, dan banyak terlihat pula masyarakat melakukan senam Taichi dan lainnya khas Chin</span><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">a</span><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">; </span></li>
<li><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Guru memberikan teladan dalam kedisiplinan, ketaatan pada aturan, dan kejujuran. Disamping itu guru memiliki kemampuan profesional yang senantiasa dikontrol oleh pemerintah melalui Kepala Sekolah. Guru secara berkala mengikuti pendidikan dan pelatihan profesi yang umumnya dilaksanakan oleh Normal University (LPTK). Guru diharuskan memiliki kemampuan ICT, sehingga minimal mampu menggunakan powerpoint dalam pembelajaran, karena <i>coursewear</i> dan perangkatnya nya sudah disiapkan oleh pemerintah dan tersedia di sekolah.</span><span style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> </span><span lang="IN" style="color: black; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"></span></li>
</ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; font-weight: normal;"> Sumber: <a href="http://pkn.upi.edu/?cat=1">http://pkn.upi.edu</a></span></div>MGMP PKN CILEGONhttp://www.blogger.com/profile/10221615912309397983noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4871292232261045970.post-26254960989133017952010-10-31T00:15:00.001-07:002010-11-04T23:59:43.800-07:00Kedudukan Pembukaan UUD 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia<b>PKN SMA Kelas X/ Semester Genap</b><br />
<br />
Kedudukan pembukaan Negara Kesatuan Republik Indonesia sangat berguna bagi kehidupan bangsa Indonesia, karena kedudukan pembukaan mempunyai fungsi yang penting. Dalam pembukaan tersebut termuat tujuan negara maupun dasar negara Indonesia. serta cita-cita bangsa yang fundamental.<br />
<div class="field-label"></div><div class="field-label"><div class="field field-type-text field-field-sk-powerpoint"><div class="field-items"><div class="field-item odd"><div class="field-label-inline-first"><b>Standar Kompetensi: </b></div>4. Menganalisis hubungan dasar negara dengan konstitusi negara</div></div></div><div class="field field-type-text field-field-kd-powerpoint"><div class="field-items"><div class="field-item odd"><div class="field-label-inline-first"></div><div class="field-label-inline-first"><b>Kompetensi Dasar: </b></div><div>4.3 Menganalisis kedudukan pembukaan UUD 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia</div><br />
<a name='more'></a><br />
</div></div></div><div class="field-label-inline-first"><b>Indikator Ketuntasan:</b> </div><ol><li>Mendeskripsikan pokok pikiran yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945</li>
<li>Menguraikan makna tiap alinia yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945</li>
<li>Menganalisis kedudukan Pembukaan UUD 1945</li>
</ol><b> </b></div><div class="field-label"><b>Pembuat: </b></div>Saryadi<br />
SMA Negeri 7 Yogyakarta<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://psb-psma.org/system/files/3_PKn_X_KD_4.4_Kedudukan%20Pemb.%20UUD%201945%20NKRI_SARIYADI.rar" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMr_RhNc3JI/AAAAAAAAAAk/JYGWmLMPlZU/s1600/DOWNLOAD.png" /></a></div>MGMP PKN CILEGONhttp://www.blogger.com/profile/10221615912309397983noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4871292232261045970.post-54765375805996394252010-10-31T00:10:00.000-07:002010-10-31T00:17:35.571-07:00Peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan dan penegakkan HAM Di Indonesia<div style="text-align: justify;"><b>PKN SMAN Kelas X Semester 1 </b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Materi tentang Upaya pemajuan, penghormatan dan penegakkan HAM, Upaya-upaya penegakkan HAM di Indonesia, Kasus Kasus pelanggaran HAM di Indonesia dan perilaku yang sesuai dengan upaya pemajuan, penghormtan dan penegakkan HAM.<b> </b></div><div style="text-align: justify;"><b><br />
</b></div><div class="field field-type-text field-field-sk-powerpoint"><div class="field-items"><div class="field-item odd"><div class="field-label-inline-first"><b>Standar Kompetensi: </b></div><div></div><div>3. Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM). </div><br />
</div></div></div><div class="field field-type-text field-field-kd-powerpoint"><div class="field-items"><div class="field-item odd"><div class="field-label-inline-first"><b>Kompetensi Dasar: </b></div><div></div><div>3.2. Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan dan penegakkan HAM Di Indonesia.</div><br />
<a name='more'></a><br />
<div class="field-label-inline-first"><b>Indikator Ketuntasan: </b></div><ol><li> <div>Menguraikan proses dalam upaya pemajuan, penghormatan dan Penegakkan HAM</div></li>
<li> <div>Memberikan contoh berbagai kasus pelanggaran ham</div></li>
<li> <div>Menyimpulkan contoh perilaku yang sesuai dengan upaya pemajuan dan penegakkan HAM di Indonesia</div></li>
</ol><br />
<b>Pembuat: </b><br />
<div>Ferryansyah, S.Pd</div><div>SMA Negeri 2 Pangkal Pinang</div><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://psb-psma.org/system/files/2_PKn_KD%203.2_Upaya%20Pemajuan%2C%20dan%20Penegakan%20HAM%20di%20Indonesia%20.rar" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMr_RhNc3JI/AAAAAAAAAAk/JYGWmLMPlZU/s1600/DOWNLOAD.png" /></a></div></div></div></div>MGMP PKN CILEGONhttp://www.blogger.com/profile/10221615912309397983noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4871292232261045970.post-60203377397864052612010-10-31T00:06:00.000-07:002010-10-31T00:06:17.316-07:00PARADIGMA BARU DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN LEARNING IS FUN<span style="font-size: small;"></span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"></span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"></span><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: small;"></span><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cakhdi%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cakhdi%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cakhdi%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <span style="font-size: small;"><m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><b><span style="font-size: small;">PARADIGMA BARU DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><b><span style="font-size: small;">LEARNING IS FUN<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><b><span style="font-size: small;">Oleh Drs. Anwar Fuady, M.Ed<o:p></o:p></span></b></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: center;"><b><span style="font-size: small;"><span style="line-height: 115%;">(Widyaiswara Madya P4TK-BMTI Bandung)</span></span></b></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><meta content="text/html; charset=utf-8" http-equiv="Content-Type"></meta><meta content="Word.Document" name="ProgId"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Generator"></meta><meta content="Microsoft Word 12" name="Originator"></meta><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cakhdi%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cakhdi%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cakhdi%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <b><span style="font-size: small;"><m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p.MsoListParagraph, li.MsoListParagraph, div.MsoListParagraph
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:36.0pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p.MsoListParagraphCxSpFirst, li.MsoListParagraphCxSpFirst, div.MsoListParagraphCxSpFirst
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:0cm;
margin-left:36.0pt;
margin-bottom:.0001pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p.MsoListParagraphCxSpMiddle, li.MsoListParagraphCxSpMiddle, div.MsoListParagraphCxSpMiddle
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:0cm;
margin-left:36.0pt;
margin-bottom:.0001pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
p.MsoListParagraphCxSpLast, li.MsoListParagraphCxSpLast, div.MsoListParagraphCxSpLast
{mso-style-priority:34;
mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-type:export-only;
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:36.0pt;
mso-add-space:auto;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:71703838;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:1467490158 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l0:level1
{mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:18.0pt;
text-indent:-18.0pt;}
@list l1
{mso-list-id:359671197;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:1384528942 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l1:level1
{mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:18.0pt;
text-indent:-18.0pt;}
@list l2
{mso-list-id:1214469281;
mso-list-type:hybrid;
mso-list-template-ids:-66166184 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;}
@list l2:level1
{mso-level-tab-stop:none;
mso-level-number-position:left;
margin-left:18.0pt;
text-indent:-18.0pt;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac></span></b><br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><i style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Learning is fun</i><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">. Belajar itu menyenangkan. Tapi, siapa yang menjadi stakeholder dalam proses pembelajaran yang menyenangkan itu? Jawabannya adalah siswa. Siswa harus menjadi arsitek dalam proses belajar mereka sendiri. Kita semua setuju bahwa pembelajaran yang menyenangkan merupakan dambaan dari setiap peserta didik. Karena proses belajar yang menyenangkan bisa meningkatkan motivasi belajar yang tinggi bagi siswa guna menghasilkan produk belajar yang berkualitas. Untuk mencapai keberhasilan proses belajar, faktor motivasi merupakan kunci utama. Seorang guru harus mengetahui secara pasti mengapa seorang siswa memiliki berbagai macam motif dalam belajar. Ada empat katagori yang perlu diketahui oleh seorang guru yang baik terkait dengan motivasi “mengapa siswa belajar”, yaitu (1) motivasi intrinsik (siswa belajar karena tertarik dengan tugas-tugas yang diberikan), (2) motivasi instrumental (siswa belajar karena akan menerima konsekuensi: reward atau punishment), (3) motivasi sosial (siswa belajar karena ide dan gagasannya ingin dihargai), dan (4) motivasi prestasi (siswa belajar karena ingin menunjukkan kepada orang lain bahwa dia mampu melakukan tugas yang diberikan oleh gurunya)</span>.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><a name='more'></a><span style="font-size: small;">Dalam paradigma baru pendidikan, tujuan pembelajaran bukan hanya untuk merubah perilaku siswa, tetapi membentuk karakter dan sikap mental profesional yang berorientasi pada global mindset. Fokus pembelajarannya adalah pada ‘mempelajari cara belajar’ (<i>learning how to learn</i>) dan bukan hanya semata pada mempelajari substansi mata pelajaran. Sedangkan pendekatan, strategi dan metoda pembelajarannya adalah mengacu pada konsep konstruktivisme yang mendorong dan menghargai usaha belajar siswa dengan proses enquiry & discovery <i>learning</i>. Dengan pembelajaran konstruktivisme memungkinkan terjadinya pembelajaran berbasis masalah. Siswa sebagai stakeholder terlibat langsung dengan masalah, dan tertantang untuk belajar menyelesaikan berbagai masalah yang relevan dengan kehidupan mereka. Dengan skenario pembelajaran berbasis masalah ini siswa akan berusaha memberdayakan seluruh potensi akademik dan strategi yang mereka miliki untuk menyelesaikan masalah secara individu/kelompok. Prinsip pembelajaran konstruktivisme yang berorientasi pada masalah dan tantangan akan menghasilkan sikap mental profesional, yang disebut researchmindedness dalam pola pikir siswa, sehingga kegiatan pembelajaran selalu menantang dan menyenangkan.</span><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Mengapa Pakem. Pakem yang merupakan singkatan dari pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, merupakan sebuah model pembelajaran kontekstual yang melibatkan paling sedikit empat prinsip utama dalam proses pembelajarannya. Pertama, proses Interaksi(siswa berinteraksi secara aktif dengan guru, rekan siswa, multi-media, referensi, lingkungan dsb). Kedua, proses Komunikasi (siswa mengkomunikasikan pengalaman belajar mereka dengan guru dan rekan siswa lain melalui cerita, dialog atau melalui simulasi role-play). Ketiga, proses Refleksi, (siswa memikirkan kembali tentang kebermaknaan apa yang mereka telah pelajari, dan apa yang mereka telah lakukan). Keempat, proses Eksplorasi (siswa mengalami langsung dengan melibatkan semua indera mereka melalui pengamatan, percobaan, penyelidikan dan/atau wawancara).Pelaksanaan Pakem harus memperhatikan bakat, minat dan modalitas belajar siswa, dan bukan semata potensi akademiknya. Dalam pendekatan pembelajaran Quantum (<i>Quantum</i> <i>Learning</i>) ada tiga macam modalitas siswa, yaitu modalitas visual, auditorial dan kinestetik. Dengan modalitas visual dimaksudkan bahwa kekuatan belajar siswa terletak pada indera ‘mata’(membaca teks, grafik atau dengan melihat suatu peristiwa), kekuatan auditorial terletak pada indera ‘pendengaran’ (mendengar dan menyimak penjelasan atau cerita), dan kekuatan kinestetik terletak pada ‘perabaan’ (seperti menunjuk, menyentuh atau melakukan). Jadi, dengan memahami kecenderungan potensi modalitas siswa tersebut, maka seorang guru harus mampu merancang media, metoda/atau materi pembelajaran kontekstual yang relevan dengan kecenderungan potensi atau modalitas belajar siswa.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Peranan Seorang Guru. Agar pelaksanaan Pakem berjalan sebagaimana diharapkan, John B. Biggs and Ross Telfer, dalam bukunya “The Process of <i>Learning</i>”, 1987, edisi kedua, menyebutkan paling tidak ada 12 aspek dari sebuah pembelajaran kreatif, yang harus dipahami dan dilakukan oleh seorang guru yang baik dalam proses pembelajaran terhadap siswa:</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><br />
</div><ol style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><li><span style="font-size: small;">Memahami potensi siswa yang tersembunyi dan mendorongnya untuk berkembang sesuai dengan kecenderungan bakat dan minat mereka,</span><span style="font-size: small;"> </span></li>
<li><span style="font-size: small;">Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar meningkatkan rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan bantuan jika mereka membutuhkan,</span><span style="font-size: small;"> </span></li>
<li><span style="font-size: small;">Menghargai potensi siswa yang lemah/lamban dan memperlihatkan entuisme terhadap ide serta gagasan mereka,</span><span style="font-size: small;"> </span></li>
<li><span style="font-size: small;">Mendorong siswa untuk terus maju mencapai sukses dalam bidang yang diminati dan penghargaan atas prestasi mereka,</span><span style="font-size: small;"> </span></li>
<li><span style="font-size: small;">Mengakui pekerjaan siswa dalam satu bidang untuk memberikan semangat pada pekerjaan lain berikutnya.</span><span style="font-size: small;"> </span></li>
<li><span style="font-size: small;">Menggunakan kemampuan fantasi dalam proses pembelajaran untuk membangun hubungan dengan realitas dan kehidupan nyata.</span><span style="font-size: small;"> </span></li>
<li><span style="font-size: small;">Memuji keindahan perbedaan potensi, karakter, bakat dan minat serta modalitas gaya belajar individu siswa,</span><span style="font-size: small;"> </span></li>
<li><span style="font-size: small;">Mendorong dan menghargai keterlibatan individu siswa secara penuh dalam proyek-proyek pembelajaran mandiri,</span><span style="font-size: small;"> </span></li>
<li><span style="font-size: small;">Menyatakan kapada para siswa bahwa guru-guru merupakan mitra mereka dan perannya sebagai motivator dan fasilitator bagi siswa.</span><span style="font-size: small;"> </span></li>
<li><span style="font-size: small;">Menciptakan suasana belajar yang kondusif dan bebas dari tekanan dan intimidasi dalam usaha meyakinkan minat belajar siswa,</span><span style="font-size: small;"> </span></li>
<li><span style="font-size: small;">Mendorong terjadinya proses pembelajaran interaktif, kolaboratif, inkuiri dan diskaveri agar terbentuk budaya belajar yang bermakna (meaningful <i>learning</i>) pada siswa.</span><span style="font-size: small;"> </span></li>
<li><span style="font-size: small;">Memberikan tes/ujian yang bisa mendorong terjadinya umpan balik dan semangat/gairah pada siswa untuk ingin mempelajari materi lebih dalam.</span></li>
</ol></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Selanjutnya bentuk-bentuk pertanyaan yang dapat menggugah terjadinya ”pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan” (Pakem), bisa diterapkan antara lain dalam salah satu kegiatan belajar kelompok (studi kasus). Menurut Wassermen (1994), pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan pemikiran yang dalam untuk sebuah solusi atau yang bersifat mengundang, bukan instruksi atau memerintah. Misalnya dengan menggunakan kata kerja : menggambarkan, membandingkan, menjelaskan, menguraikan atau dengan menggunakan kata-kata: apa, mengapa atau bagaimana dalam kalimat bertanya. Berikut adalah beberapa contoh bentuk pertanyaan yang bisa memberikan respon kreatif terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><ol style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><li><span style="font-size: small;">Jelaskan bagaimana situasi ini bisa ditangani secara berbeda ?</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Bandingkan situasi ini dengan situasi sekarang !</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Ceritakan contoh yang sama dengan pengalaman Anda sendiri !</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Para siswa bisa juga diminta untuk menjawab sejumlah pertanyaan yang nampaknya sesuai dengan semua skenario. Contoh pertanyaan-pertanyaan berikut dapat memprovokasi siswa untuk berpikir tentang kasus yang dibahas.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><ol><li><span style="font-size: small;">Apa yang Anda bayangkan sebagai kemungkinan dari akibat tindakan tersebut ?</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Dengan melihat kebelakang, bagaimana Anda menilai diri Anda sendiri ?</span></li>
<li><span style="font-size: small;">Dengan mengatakan yang sesungguhnya, apa kesimpulan Anda tentang isu penting itu ?</span></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Proses pembelajaran akan berlangsung seperti yang diharapkan dalam pelaksanaan konsep Pakem jika peran para guru dalam berinteraksi dengan siswanya selalu memberikan motivasi, dan memfasilitasinya tanpa mendominasi, memberikan kesempatan untuk berpartisipasi aktif, membantu dan mengarahkan siswanya untuk mengembangkan bakat dan minat mereka melalui proses pembelajaran yang terencana. Perlu dicatat bahwa tugas dan tanggung jawab utama para guru dalam paradigma baru pendidikan ”bukan membuat siswa belajar” tetapi ”membuat siswa mau belajar”, dan juga ”bukan mengajarkan mata pelajaran” tetapi ”mengajarkan cara bagaimana mempelajari mata pelajaran”. Prinsip pembelajaran yang perlu dilakukan: ”Jangan meminta siswa Anda hanya untuk mendengarkan, karena mereka akan lupa. Jangan membuat siswa Anda memperhatikan saja, karena mereka hanya bisa mengingat. Tetapi yakinkan siswa Anda untuk melakukannya, pasti mereka akan mengerti”.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Penilaian Hasil Belajar. Sebuah pertanyaan untuk direnungkan. Apakah sebuah ”Penilaian Mendorong Pembelajaran ?” atau apakah ”pembelajaran itu untuk mempersiapkan sebuah tes ? ” atau apakah ’Pembelajaran dan Tes’ tersebut dilakukan guna mendapatkan pengakuan tentang kompetensi yang diperlukan siswa atau sekolah? Dalam pelaksanaan konsep Pakem, penilaian dimaksudkan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa, baik itu keberhasilan dalam proses maupun keberhasilan dalam lulusan (output). Keberhasilan proses dimaksudkan bahwa siswa berpartisipasi aktif, kreatif dan senang selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan lulusan (output) adalah siswa mampu menguasai sejumlah kompetensi dan standar kompetensi dari setiap Mata Pelajaran, yang ditetapkan dalam sebuah kurikulum. Inilah yang disebut efektif dan menyenangkan. Jadi, penilaian harus dilakukan dan diakui secara komulatif. Penilaian harus mencakup paling sedikit tiga aspek : pengetahuan, sikap dan keterampilan. Ini tentu saja melibatkan Professional Judgment dengan memperhatikan sifat obyektivitas dan keadilan. Untuk ini, pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP) merupakan pendekatan penilaian alternatif yang paling representatif untuk menentukan keberhasilan pembelajaran Model Pakem.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Media dan bahan ajar. ”Media dan Bahan Ajar” selalu menjasi penyebab ketidakberhasilan sebuah proses pembelajaran di sekolah. Sebuah harapan yang selalu menjadi wacana di antara para pendidik/guru kita dalam melaksanakan tugas mengajar mereka di sekolah adalah tidak tersedianya ’media pembelajaran dan bahan ajar’ yang cukup memadai. Jawaban para guru ini cukup masuk akal. Seakan ada korelasi antara ketersediaan ’media bahan ajar’ di sekolah dengan keberhasilan pembelajarn siswa. Kita juga sepakat bahwa salah satu penyebab ketidakberhasilan proses pemblajarn siswa di sekolah adalah kurangnya media dan bahan ajar.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Kita yakin bahwa pihak manajemen sekolah sudah menyadarinya. Tetapi, sebuah alasan klasik selalu kita dengar bahwa ”sekolah tidak punya dana untuk itu”!.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Dalam pembelajaran Model Pakem, seorang guru mau tidak mau harus berperan aktif, proaktif dan kreatif untuk mencari dan merancang media/bahan ajar alternatif yang mudah, murah dan sederhana. Tetapi tetap memiliki relevansi dengan tema mata pelajaran yang sedang dipelajari siswa. Penggunaan perangkat multimedia seperti ICT sungguh sangat ideal, tetapi tidak semua sekolah mampu mengaksesnya. Tanpa merendahkan sifat dan nilai multimedia elektronik, para guru dapat memilih dan merancang media pembelajaran alternatif dengan menggunakan berbagai sumber lainnya, seperti bahan baku yang murah dan mudah di dapat, seperti bahan baku kertas/plastik, tumbuh-tumbuhan, kayu dan sebagainya, guna memotivasi dan merangsang proses pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Dalam kesempatan melakukan studi banding di Jerman, saya melihat bagaimana seorang guru fisika di sebuah Sekolah Kejuruan (Berlin) menggunakan alat peraga simulasi (Holikopter) yang dibuat dari kertas karton yang diapungkan didepan kelas dengan menggunakan sebuah blower untuk memudahkan para siswa dalam memahami prinsip-prinsip yang berkaitan dengan mata pelajaran fisika tersebut. Proses pembelajarannya mudah dipahami dan sangat menyenangkan. Media simulasi ini tidak dibeli sudah jadi, tetapi dirancang oleh seorang guru mata pelajaran fisika itu sendiri. Saya kira inilah yang disebut guru yang kreatif. Jadi, model’pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan’, atau yang kita sebut dengan PAKEM itu tidak selalu mahal. Unsur kreatifitas itu bukan terletak pada produk/media yang sudah jadi, tetapi lebih pada pola fikir dan strategi yang digunakan secara tepat oleh seorang guru itu sendiri dalam merancang dan mengajarkan materi pelajarannya.</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Dalam merancang sebuah media pembelajaran, aspek yang paling penting untuk diperhatikan oleh seorang guru adalah karakteristik dan modalitas gaya belajar individu peserta didik, seperti disebutkan dalam pendekatan ’<i>Quantum</i> <i>Learning</i>’ dan <i>Learning</i> Style Inventory’. Media yang dirancang harus memiliki daya tarik tersendiri guna merangsang proses pembelajaran yang menyenangkan. Sementara ini media pembelajaran yang relatif cukup representatif digunakan adalah media elektronik (Computer – Based <i>Learning</i>). Selanjutnya skenario penyajian ’bahan ajar’ harus dengan sistem modular dengan mengacu pada pendekatan Bloom Taksonomi. Ini dimaksudkan agar terjadi proses pembelajaran yang terstruktur, dinamis dan fleksibel, tanpa harus selalu terikat dengan ruang kelas, waktu dan/atau guru. Perlu dicatat bahwa tujuan akhir mempelajari sebuah mata pelajaran adalah agar para siswa memiliki kompetensi sebagaimana ditetapkan dalam Standar Kompetensi (baca Kurikulum Nasional). Untuk itu langkah/skenario penyajian pembelajarn dalam setiap topik/mata pelajaran harus dituliskan secara jelas dalam sebuah Modul. Dengan demikian diharapkan para siswa akan terlibat dalam proses pembelajaran tuntas (Mastery <i>Learning</i>) dan bermakna (Meaningful <i>Learning</i>).</span></div></div>MGMP PKN CILEGONhttp://www.blogger.com/profile/10221615912309397983noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4871292232261045970.post-39833324268828872112010-10-30T23:45:00.000-07:002010-10-30T23:45:30.279-07:00Kedudukan Pembukaan UUD 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia<div style="text-align: justify;"><b>PKN SMA Kelas X / Semester Genap</b></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Kedudukan pembukaan Negara Kesatuan Republik Indonesia sangat berguna bagi kehidupan bangsa Indonesia, karena kedudukan pembukaan mempunyai fungsi yang penting. Dalam pembukaan tersebut termuat tujuan negara maupun dasar negara Indonesia. serta cita-cita bangsa yang fundamental. </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Bahan Ajar ini dapat dijalankan apabila pada komputer terdapat aplikasi flash player 10.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><div class="field field-type-text field-field-sk-powerpoint"> <div class="field-items"> <div class="field-item odd"> <div class="field-label-inline-first"> <b>Standar Kompetensi: </b></div>4. Menganalisis hubungan dasar negara dengan konstitusi negara<br />
</div></div></div><div class="field field-type-text field-field-kd-powerpoint"> <div class="field-items"> <div class="field-item odd"> <div class="field-label-inline-first"> <b> </b></div><div class="field-label-inline-first"><b>Kompetensi Dasar: </b></div><div>4.3 Menganalisis kedudukan pembukaan UUD 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia</div><br />
<a name='more'></a></div></div></div><div class="field-label-inline-first"><b>Indikator Ketuntasan: </b></div><ul><li>Mendeskripsikan pokok pikiran yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945</li>
<li>Menguraikan makna tiap alinia yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945</li>
<li>Menganalisis kedudukan Pembukaan UUD 1945</li>
</ul><div><b> </b></div><div><div class="field-label"><b>Pembuat: </b></div>Saryadi<br />
SMA Negeri 7 Yogyakarta<br />
</div><div> </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://psb-psma.org/system/files/3_PKn_X_KD_4.4_Kedudukan%20Pemb.%20UUD%201945%20NKRI_SARIYADI.rar" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMr_RhNc3JI/AAAAAAAAAAk/JYGWmLMPlZU/s1600/DOWNLOAD.png" /></a></div><div> </div></div>MGMP PKN CILEGONhttp://www.blogger.com/profile/10221615912309397983noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4871292232261045970.post-34812832359750835182010-10-30T23:36:00.000-07:002010-10-30T23:50:01.729-07:00Upaya pemajuan, penghormatan, dan penegakan HAM yang dilakukan pemerintah<b>PKN Kelas X/ Semester ganjil </b><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">Dalam pertemuan ini akan diuraikan tentang Upaya pemajuan, penghormatan, dan penegakan HAM yang dilakukan pemerintah, secara terperinci melalui indikatar sebagai berikut, pemajuan, penghormatan, dan penegakan HAM yang dilakukan pemerintah, Instrumen HAM nasional, pemajuan, Penghormatan, dan penegakan HAM oleh individu dan masyarakat, Upaya pemajuan, penghormatan, dan penegakan HAM yang dilakukan pemerintah, Hambatan dalam upaya pemajuan, penghormatan, dan penegakan HAM oleh individu dan masyarakat</div><br />
<div class="field field-type-text field-field-sk-powerpoint"><div class="field-items"><div class="field-item odd"><div class="field-label-inline-first"><b>Standar Kompetensi: </b></div><br />
3. Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan, dan perlindungan HAM</div></div></div><div class="field field-type-text field-field-kd-powerpoint"><div class="field-items"><div class="field-item odd"><div class="field-label-inline-first"></div><div class="field-label-inline-first"><br />
<b>Kompetensi Dasar: </b></div><br />
3.1. Menganalisa upaya pemajuan,penghormatan,dan penegakan HAM </div></div></div><div class="field-label-inline-first"></div><div class="field-label-inline-first"><b> <a name='more'></a>Indikator Ketuntasan: </b></div><div class="field-label-inline-first"><b> </b></div><ul><li>Upaya pemajuan,penghormatan, dan penegakan HAM yang dilakukan pemerintah</li>
<li>Mengidentifikasi Instrumen HAM nasional </li>
<li>Upaya pemajuan,Penghormatan,dan penegakan HAM oleh individu dan masyarakat </li>
<li>Upaya pemajuannt,penghormatan, dan penegakan HAM yang dilakukan pemerintah</li>
<li>Hambatan dalam upaya pemajuan, penghormatan, dan penegakan HAM oleh individu dan masyarakat </li>
</ul><div class="field-label-inline-first"><b><br />
</b></div><br />
<div class="field-label"><b>Pembuat: </b></div>P.W Dewanta<br />
SMA Coles Santa Yusuf Malang<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://psb-psma.org/system/files/4_PKn_X_SMT_1_KD%203.1_Upaya%20pemajuan%20penghormatan%2C%20dan%20penega.rar" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMr_RhNc3JI/AAAAAAAAAAk/JYGWmLMPlZU/s1600/DOWNLOAD.png" /></a></div>MGMP PKN CILEGONhttp://www.blogger.com/profile/10221615912309397983noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4871292232261045970.post-4629340328817903112010-10-30T23:29:00.000-07:002010-10-30T23:30:20.359-07:00Peran Serta Budaya Politik Partisipan<div style="text-align: justify;">Bahan ajar ini membahas peran serta budaya politik partisipan, yang meliputi bentuk-bentuk budaya poltik partisipan beserta contohnya, budaya politik yang sesuai dan bertentangan dengan semangat pembangunan politik bangsa, Memberikan contoh budaya politik partisipan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara</div><div class="field field-type-text field-field-sk-powerpoint"><div class="field-items"><div class="field-item odd"><div class="field-label-inline-first"></div><div class="field-label-inline-first"><b>Standar Kompetensi: </b></div>1. Menganalisis Budaya Politik di Indonesia<br />
<br />
</div></div></div><div class="field field-type-text field-field-kd-powerpoint"><div class="field-items"><div class="field-item odd"><div class="field-label-inline-first"><b>Kompetensi Dasar: </b></div>1.4. Menampilkan peran serta budaya politik partisipan<br />
<div><br />
<a name='more'></a></div><br />
</div></div></div><div class="field-label-inline-first"><b>Indikator Ketuntasan: </b></div><ul><li>Mendeskripsikan bentuk-bentuk budaya poltik partisipan beserta contohnya.</li>
<li>Menunjukkan budaya politik yang sesuai dan bertentangan dengan semangat pembangunan politik bangsa.</li>
<li>Memberikan contoh budaya politik partisipan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.</li>
</ul><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Penyusun:</b></div><div style="text-align: justify;">Drs. Muna Sukri, M.Pd.<br />
SMA Negeri 1 Pontianak<br />
<br />
</div><div style="text-align: justify;"><b> </b></div><div style="text-align: justify;"><b> </b></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://psb-psma.org/system/files/6_PKn_XI_SMT_1_KD%201.4_Peransertabudaya%20politik%20partisipan_Mu.rar" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMr_RhNc3JI/AAAAAAAAAAk/JYGWmLMPlZU/s1600/DOWNLOAD.png" /></a></div><div style="text-align: justify;"><b> </b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div>MGMP PKN CILEGONhttp://www.blogger.com/profile/10221615912309397983noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4871292232261045970.post-88697876201365399142010-10-30T20:59:00.000-07:002010-10-31T00:18:39.528-07:00RI Akan Ratifikasi Konvensi Stockholm<div class="isi_berita pt_5" style="text-align: justify;"><b>JAKARTA, SELASA</b> — Bila tidak ada keberatan fraksi-fraksi di Dewan Perwakilan Rakyat, Pemerintah Indonesia akan segera meratifikasi Konvensi Stockholm tentang Bahan Pencemar Organik yang Persisten. Rapat kerja teknis persiapan akan dibahas Rabu (4/2) bersama departemen.<br />
Secara politik, ratifikasi menegaskan komitmen memperkuat kerja sama regional dan multilateral pengelolaan polutan organik yang persisten (POPs). Secara ekonomi, ratifikasi meningkatkan keberterimaan dunia akan produk Indonesia karena ramah lingkungan. Demikian dikatakan Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR di Jakarta kemarin.<br />
<a name='more'></a>Polutan organik yang persisten merupakan sekelompok senyawa kimia beracun dengan sifat sulit terurai dan cenderung berakumulasi baik di darat atau di air. Bahan POPs berdampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan manusia secara langsung atau melalui rantai makanan.<br />
Hasil penelitian di negara maju, paparan senyawa POPs dalam jangka panjang menyebabkan kanker, merusak sistem susunan saraf, kekebalan tubuh, reproduksi, serta perkembangan bayi dan anak balita. Dalam lingkungan, paparannya mengurangi populasi burung, ikan, dan penipisan sel kulit telur burung pemakan ikan.<br />
Ada 12 jenis bahan kimia POPs dalam tiga kategori, yaitu pestisida: aldrin, DDT, chlordane, dieldrin, endrin, heptachlor, mirex, dan toxaphene; bahan industri: hexachlorobenzene (HCB) dan polychlorinated biphenyls (PCB); dan bahan terbentuk tak sengaja akibat aktivitas manusia atau industri: dioksin dan furan.<br />
<b>Pertimbangkan serius</b><br />
Wakil Ketua Komisi VII DPR Sonny Keraf menyatakan, dampak positif dan negatif ratifikasi konvensi patut dipertimbangkan. Dilihat dari dampak kesehatan dan lingkungan, bahan-bahan itu jelas berisiko dan berbahaya.<br />
"Raker mendatang, kami harap, dihadiri berbagai departemen, seperti pertanian, ristek, perdagangan, dan perindustrian," kata Sonny. Ia menegaskan perlunya pendataan bahan-bahan pengganti POPs. Menurut Rachmat, beberapa bahan yang dilarang masih ditemukan. "Misalnya PCB dan DDT," katanya.<br />
Di Asia Tenggara, bersama Malaysia dan Brunei, Indonesia belum meratifikasi konvensi itu. Sejak diberlakukan 17 Mei 2004 hingga Januari 2009, 164 negara telah meratifikasi konvensi itu. Direktur Multilateral Departemen Luar Negeri Rezlan Ihzar Jenie menyatakan, tahun 2009 jadi momentum tepat.<br />
"Meratifikasinya akan menguatkan pengaruh dan postur Indonesia dalam isu lingkungan," katanya.<br />
<br />
Sumber: <a href="http://nasional.kompas.com/read/2009/02/03/15403717/ri.akan.ratifikasi.konvensi.stockholm.">http://nasional.kompas.com</a><br />
<br />
<b></b></div>MGMP PKN CILEGONhttp://www.blogger.com/profile/10221615912309397983noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4871292232261045970.post-24927885972393866062010-10-30T08:33:00.000-07:002010-10-30T08:34:10.945-07:00Ciri-Ciri Masyarakat Madani<div class="field-label"><b>Uraian: </b></div>Bahan ajar ini membahas tentang budaya demokrasi menuju masyarakat madani yang meliputi ; Pengertian masyarakat madani, ciri-ciri masyarakat madani, dan proses menuju masyarakat madani.<br />
<div>Dilengkapi dengan latihan dalam bentuk Uraian dan Tugas Mandiri dan Uji Kompetensi dalam bentuk pilihan ganda.</div><div></div><div><div class="field field-type-text field-field-sk-powerpoint"><div class="field-items"><div class="field-item odd"><div class="field-label-inline-first"><b>Standar Kompetensi: </b></div>2. Menganalisis budaya demokrasi menuju masyarakat madani </div></div></div><div class="field field-type-text field-field-kd-powerpoint"><div class="field-items"><div class="field-item odd"><div class="field-label-inline-first"></div><div class="field-label-inline-first"><b>Kompetensi Dasar: </b></div>2.2. Mengidentifikasi ciri-ciri masyarakat madani<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
</div></div></div><div class="field-label-inline-first"><b>Indikator Ketuntasan: </b></div><ul><li>Mendeskripsikan pengertian masyarakat madani</li>
<li>Mengidentifikasi ciri-ciri masyarakat madani</li>
<li>Menjelaskan proses menuju masyarakat madani</li>
</ul><b>Penyusun:</b><br />
<br />
Dedo Susiawati. SH<br />
SMA N 1 Rangkasbitung<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://psb-psma.org/system/files/19_PKn_XI_SMT_1_KD%202.2_Ciri%20-%20ciri%20masyarakat%20madani_Dedo%20Su.rar" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMr_RhNc3JI/AAAAAAAAAAk/JYGWmLMPlZU/s1600/DOWNLOAD.png" /></a></div></div>MGMP PKN CILEGONhttp://www.blogger.com/profile/10221615912309397983noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4871292232261045970.post-17740374406643659222010-10-30T08:04:00.000-07:002010-10-30T08:07:23.375-07:00Sistem Hukum dan Peradilan Internasional<div class="field-label"><b>Uraian: </b></div><div style="text-align: justify;">Dalam pertemuan ini akan dibahas Mengenahi sistem hukum dan peradilan internasional, yang meliputi pembahasanan; hakekat hukum internasional, makna hukum internasional, asas-asas hukum internasional, sumber-sumber hukum internasional, subyek-subyek hukum internasional, dan kewenangan Mahkamah Internasional. Serta dilengkapi dengan latihan dan uji kompetensi yang medukung materi tersebut.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><div class="field-label-inline-first"><b> Standar Kompetensi: </b></div><div>5. Menganalisis sistem hukum dan peradilan internasional </div><div><br />
</div><div><div class="field-label-inline-first"><b>Kompetensi Dasar: </b></div><div>5.1 Mendeskripsikan sistem hukum dan peradilan internasional</div><div><br />
<a name='more'></a></div><div><b>Indikator Ketuntasan: </b> </div><div><ul><li>Mendeskripsikan hakekat hukum internasional</li>
<li>Menjelaskan makna hukum internasional</li>
<li>Menjelaskan asas-asas hukum internasional</li>
<li>Menyebutkan sumber-sumber hukum internasional</li>
<li>Menyebutkan subyek-subyek hukum internasional</li>
<li>Menyebutkan kewenangan Mahkamah Internasional</li>
</ul><b>Penyusun: </b><br />
<div class="field-label"><b><br />
</b></div><div><b>Eni Rohayati, S.Pd</b></div><div><b>SMAS CENDERAWASIH 1 JAKARTA</b></div><div></div><div></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://psb-psma.org/system/files/18_PKn_XI_SMT_2_KD%205.1_Sistem%20hukum%20dan%20peradilan%20internasio.rar" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMr_RhNc3JI/AAAAAAAAAAk/JYGWmLMPlZU/s1600/DOWNLOAD.png" /></a></div><div></div><div></div><div></div></div></div><div><br />
</div></div>MGMP PKN CILEGONhttp://www.blogger.com/profile/10221615912309397983noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4871292232261045970.post-10295171800971763872010-10-30T00:38:00.000-07:002010-10-30T00:40:32.373-07:00Desain Pertahanan Indonesia Tidak Jelas<div style="text-align: justify;">Desain strategi serta postur pertahanan dan keamanan Indonesia saat ini dianggap tidak jelas.</div><div style="text-align: justify;">Meskipun kebutuhan pertahanan minimal sudah digagas, postur pertahanan Indonesia sudah sangat ketinggalan. Sementara itu, revitalisasi industri strategis Indonesia masih mencoba mencari arah.</div><div style="text-align: justify;">Hal ini terungkap dalam diskusi bertajuk Revitalisasi Industri Strategis Indonesia di Sasana Diskusi Ruang Cakra Gedung C FISIP Universitas Airlangga, Jumat (29/10/2010).</div><a name='more'></a><div style="text-align: justify;">Hadir sebagai narasumber dalam diskusi yang diikuti dosen dan mahasiswa, pengajar jurusan Matematika Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Subchan, dan peneliti Centre for Strategic and Global Studies (CSGS) Departemen Hubungan Internasional FISIP Unair, Djoko Sulistyo.</div><div style="text-align: justify;">Setelah reformasi, kata Djoko, banyak slogan yang dikeluarkan pemimpin Indonesia. Terakhir, dalam pidato kenegaraan di depan DPR dan DPD pada 16 Agustus, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, akan menempuh politik luar negeri ke segala arah.</div><div style="text-align: justify;">Dengan demikian, Indonesia akan mempunyai sejuta kawan, tanpa musuh (<i>a million friends, zero enemy </i>). "Kalau paradigma itu yang dikembangkan, postur pertahanan tidak menjadi prioritas dan tidak perlu ada industri pertahanan yang menjadi pendukung," tutur Djoko Sulistyo.</div><div style="text-align: justify;">Namun, lanjut Direktur Riset CSGS Joko Susanto, slogan ini sangat bertentangan dengan Rancangan Undang-Undang tentang Revitalisasi Industri Strategis Pertahanan dan Keamanan.</div><div style="text-align: justify;">Sebab, dalam RUU yang mulai dibahas di Kementerian Hukum dan HAM, industri strategis lebih pada produksi alat-alat perang. Ini seakan-akan Indonesia akan perang dalam lima tahun ke depan.</div><div style="text-align: justify;">Industri strategis yang bermanfaat untuk masyarakat dan negara seperti pengembangan sarana transportasi massal, teknologi informasi, atau teknologi nano malah tidak mendapat tempat dalam pembahasan RUU itu.</div><div style="text-align: justify;">Padahal, berbagai industri strategis seperti itu akan membuat Indonesia berdaya saing dan mandiri.</div><div style="text-align: justify;">Kenyataannya, menurut Subchan, industri pertahanan Indonesia saat ini ketinggalan jauh dari negara lain kendati sebelum reformasi sempat disegani di Asia. Subchan pernah menerima penghargaan di bidang teknologi persenjataan tanpa awak dari Kementerian Pertahanan Inggris Raya.</div><div style="text-align: justify;">Menurut Subchan, pada 1990-an, Indonesia memiliki PT Inka, PT PAL, PT Dirgantara Indonesia, dan PT Pindad. Kini, perusahaan-perusahaan ini sulit berkembang karena tidak ada perhatian dari pemerintah. Dari anggaran untuk kekuatan minimum esensial yang memerlukan Rp 11 triliun, hanya dialokasikan Rp 2 triliun.</div><div style="text-align: justify;">Para pimpinan juga lebih senang mengadakan alat utama sistem persenjataan dari luar negeri. Pertama, makelar akan mendapat untung. Selain itu, membeli dari luar negeri artinya membuka kesempatan untuk berjalan-jalan dan mendapatkan uang dinas.</div><div style="text-align: justify;">"Ada juga kendala ketidakmampuan bekerja bersinergi. Para ahli mencari proyek sendiri-sendiri. Padahal, bila kemampuan pakar di Indonesia dipetakan dan semua disinergikan, bukan tidak mungkin ada kemandirian dalam industri pertahanan keamanan," katanya.</div><div style="text-align: justify;">Untuk mengefektifkan pelaksanaan dan pengembangan industri pertahanan, dibentuk Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP).</div><div style="text-align: justify;">Peraturan Presiden tentang KKIP sudah disetujui 12 Juli 2010 meskipun dirasa kurang sempurna karena belum melibatkan Kementerian Pendidikan Nasional sebagai yang menangani pendidikan sumber daya manusia.</div><div style="text-align: justify;">Kini, diharapkan RUU Revitalisasi Industri Strategis lebih luas, bermanfaat, dan mampu meningkatkan daya saing Indonesia.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sumber: <a href="http://nasional.kompas.com/read/2010/10/29/23520130/Desain.Pertahanan.Indonesia.Tidak.Jelas">http://nasional.kompas.com </a></div>MGMP PKN CILEGONhttp://www.blogger.com/profile/10221615912309397983noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4871292232261045970.post-37170575399698500072010-10-29T23:48:00.000-07:002010-11-05T01:52:41.394-07:00SISTEM HUKUM DAN PERADILAN<div style="text-align: justify;"><b>Uraian: </b> </div><div style="text-align: justify;">Bahan ajar ini membahas tentang Sistem Hukum dan Peradilan Nasional yang meliputi ;<br />
Pengertian Sistem Hukum; Tata Hukum Nasional; Ciri-ciri Negara Hukum; Penggolongan Hukum; sumber hukum; Sistem Peradilan Nasional Indonesia. Dilengkapi dengan latihan dalam bentuk Uraian dan Tugas Mandiri dan Uji Kompetensi dalam bentuk pilihan ganda.<br />
<a name='more'></a></div><div class="field field-type-text field-field-powerpoint-mapel"><div class="field-items"><div class="field-item odd"><div class="field-label-inline-first"><br />
<b>Mapel: PKn </b></div></div></div></div><div class="field field-type-text field-field-sk-powerpoint"><div class="field-items"><div class="field-item odd"><div class="field-label-inline-first"><b>Kelas X / Semester 1 </b><br />
<br />
<b>Standar Kompetensi: </b></div><br />
Menampilkan sikap positip terhadap sistem hukum dan peradilan nasional</div></div></div><div class="field field-type-text field-field-kd-powerpoint"><div class="field-items"><div class="field-item odd"><div class="field-label-inline-first"><br />
<b>Kompetensi Dasar: </b></div><br />
Mendeskripsikan engertian sistem hukum dan peradilan nasional</div></div></div><div class="field field-type-text field-field-indikator-powerpoint"><div class="field-items"><div class="field-item odd"><div class="field-label-inline-first"><br />
<b>Indikator Ketuntasan: </b></div><ul><li>Menjelaskan Pengertian Sistem Hukum </li>
<li>Mendeskripsikan Tata Hukum Nasional </li>
<li>Menyebutkan Ciri Negara Hukum </li>
<li>Mengklasifikasikan Penggolongan Hukum </li>
<li>Menguraikan Sumber Hukum </li>
<li>Mendeskripsikan Sistem Peradilan Nasional </li>
</ul></div></div></div><div class="field field-type-text field-field-kelas-powerpoint"><div class="field-items"><div class="field-item odd"></div><div class="field-item odd"><b></b></div></div></div><div class="field field-type-text field-field-semester-powerpoint"><div class="field-items"></div></div><div class="field field-type-text field-field-pembuat-powerpoint"></div><div class="field field-type-text field-field-pembuat-powerpoint"><div class="field-items"><div class="field-item odd"><br />
<b>Penyusun : </b><br />
Karyono (SMA Negeri 1 Gombong)<br />
<a href="mailto:ary.yonk@yahoo.co.id"></a><br />
<br />
<b>Editor<br />
</b>Ujang Suherman (SMA Negeri 1 Jakarta)<br />
<br />
<br />
<a href="http://www55.indowebster.com/21391f2d3673a230723758e2c42aacab.rar"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMr_RhNc3JI/AAAAAAAAAAk/JYGWmLMPlZU/s1600/DOWNLOAD.png" /></a> </div></div></div>MGMP PKN CILEGONhttp://www.blogger.com/profile/10221615912309397983noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4871292232261045970.post-43363374128437844992010-10-29T22:24:00.000-07:002010-10-29T22:28:13.924-07:00ESENSI PENDIDIKAN NILAI MORAL DAN PKN DI ERA GLOBALISME<div style="text-align: center;"><b>ESENSI PENDIDIKAN NILAI MORAL DAN PKN DI ERA GLOBALISME</b></div><h3 class="uiHeaderTitle" style="font-weight: normal; text-align: center;">(Oleh: Prof.Drs.H.A.Kosasih Djahiri)</h3><h3 class="uiHeaderTitle" style="text-align: justify;"> </h3><div style="text-align: justify;"><b>Pendahuluan</b></div><div></div><div style="text-align: justify;">Tidak seorangpun mampu melepaskan diri dari hakekat kodrati manusia sebagai insan yang dapat dididik dan belajar sepanjang hayat (educated human being), sehingga dinamik berubah sepanjang masa.Pengalaman hidup manusia (life experiences) adalah pengalaman belajar manusia yang dari waktu/kondisi/tempat ke waktu/kondisi/tempat mengembangkan potensi diri dan kehidupan kita baik dalam arus posiitif maupun arus negatif.<br />
<a name='more'></a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Hakekat lain yang tidak bisa dihindari manusia ialah selaku social and political human being, dimana sejak lahir kita hidup “in group” dalam keluarga dan masyarakat yang ahirnya berbangsa – bernegara (Zoon politicon, organized political man). Lembaga-lembaga tadi disamping merupakan wadah/rumah bagi manusia juga merupakan institusi pembina – penegak dan pengembang ipoleksosbudag yang amat potensial. Namun makin kini ketiga lembaga itu makin kurang berfungsi (melonggar) dan bahkan ada kecendrungan dihilangkan.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Bahwa Potensi diri manusia yang Illahiah yang dibawa setiap manusia meliputi potensi badaniah dan rohaniah. Melalui berbagai kajian pakar pendidikan dan psikologis, potensi rohaniah dikatagorikan kedalam tiga potensi dasar yakni Daya Intelektual/Nalarr (dengan 6 potensi ); daya afektual (8 potensi afektual) dan Psikomtorik (8 potensi), sehingga keseluruhannya meliputi 22 potensi.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Dalam Dunia Pendidikan (terutama pendidikan formal) secara kurikuler rumusan sosok keluarannya dinyatakan harus utuh bulat (ragawi dan rohaniah) namun secara programatik – prosedural maupun realita keluarannya (outcomes) bersifat parsial. Totalitas diri anak didik hampir tidak pernah dibelajarkan secara kaffah. Target penyelesaian bahan ajar yang konseptual teoritik – keilmuan/normative atau structural disipliner dan target nilai angka (marking) atau NEM tinggi yang diiringi ketidak tahuan/profesionalan guru melahirkan pendidikan dan pembelajaran parsial. Masalah potensi ragawi dan nilai – moral serta norma hampir tidak pernah masuk hitungan termasuk dalam program khusus MKU (PKN, PAI, dll).</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Tidak Profesionalnya guru, disamping pola pembelajaran – pelatihan professional skills yang kurang terutama dikarenakan ketentuan formal dan system seperti a.l. wajib mengajar minimal 19 jampel di satu sekolah, sistim penempatan guru, guru SD adalah guru kelas (baca “Guru 7 mata pelajaran” ! ). Maka oleh karenanya tidaklah mustahil apa yang dikemukakan McLuhan (teori Pendulum) besok lusa akan berwujud, yakni manusia yang cerdas otaknya namun tumpul emosinya. Potret ini disejumlah tempat sudah mulai nampak.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Proses emoting – minding, spiritualizing, valuing dan mental round trip dikalahkan oleh proses thinking and rationalizing. Pembelajaran berlandaskan nilai moral yang normative/ luhur/suci/religius kalah oleh pembelajaran theoretic – conceptual based dan perhitungan untung rugi rasional – keilmuan dan atau yuridis formal. Potret ini sudah juga nampak dalam pendidikan informal cq. kehidupan keluarga, pembinaan dan pendidikan anak (termasuk agama dan budi luhur) mulai kurang diperdulikan dan sudah sepenuhnya diserahkan kepada instansi lain cq. Guru dan sekolah. Rumah dan keluarga mulai tererosi dari status dan role behavior bakunya (agamis & cultural) dan hanya menjadi “symbol terminal berkumpul dan sumber status social – ekonomi” bagi warganya. Bagi keluarga yang sudah masuk “super developed/ nuclear – family” perkawinan hanya dimaknai sebagai lembaga/media untuk memenuhi kebutuhan biologis dan social ekonomis saja. Demikian halnya dalam berbangsa dan bernegara, hanya dianggap keharusan otomatik (opinio necesitatic) tanpa diiringi oleh rasa-emosi lain (sense of integrity, patriotism dan proudnes, dll ). Allohuma Nauzubillahi min zaalik !.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Dalam kehidupan masa lampau generasi usia 50/60 th ke atas, apa yang diuraikan di atas boleh dibilang “tabu” dalam pendidikan keluarga, seluruh perangkat tatanan nilai – moral dan norma agama ( dan budaya agama), adat budaya (cultural heritages) dan bahkan nilai moral metafisis dengan segala “pro & contranya” hadir secara utuh menjadi tonggak pokok untuk segala hal serta beruwjud dalam berbagai bentuk (materiil – imateriil, personal, kondisional dan behavioral/ceremonial) . Dunia pendidikan formalpun (Program, buku, guru, pimpinan, system dan kondisional) turut mengukuhkan kehidupan tadi. Buku paket IPS (“Matahari Terbit”) dan seni budaya daerah (Panyungsi Bahasa, Didi – Yoyo; Rusdi Misnem dll) sekaligus membawakan misi dan isi pesan budi luhur (adat dan agama). Sekarang ini, gejolak iptek yang kian ganas melalui multi media elektronik – cetak dengan segala “keindahan – kemewahan dan kemudahannya” yang serba “waah” berikut tuntutan materiilnya yang cukup tinggi, melahirkan kehidupan keluarga yang sarat keinginan dan kesibukan sebagaimana “pola kehidupan (life style) modern” yang pada ahirnya secara perlahan namun pasti membawa kearah rasionalisme, sekulerisme yang materialistic dan egoistic serta mulai menggeser dan mengerosi standard baku yang ada, termasuk didalam kehidupan keluarga kita !</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b> </b></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b>Norma acuan, Dimensi dan System kehidupan manusia</b></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Gambaran hakekat kodrati manusia (Illahiah/Natural dan Sospol) dalam uraian terdahulu, melukiskan hakekat manusia yang serba potensial dan sarat keterbatasan. Dalam kehidupannya sebagai insan social diperkaya dengan seperangkat kodrat social sesuai dengan status dan peran laku harapannya (expected role behavior), Beberapa sifat kodrati insan social ini ialah a.l. selalu berkelompok (group base), kontekstual/ kondisional, bersifat mono multiplex/pluralistic, insan politik yang terorganisir (zoon politicon, organized political man), insan yang terikat dalam sejumlah lingkaran kehidupan (life cycles) yang multi aspek dan multi waktu. John Locke, mengemukakan 5 sifat natural manusia dalam posisinya sebagai organized political man; yakni : suka dihormati, cinta kekuasaan, merasa pintar, ingin selamat dan hidup abadi. Kelima hal ini ditampilkan setiap diri manusia yang normal dalam kehidupannya, dan bila tidak dikendalikan kelima hal tadi akan berwujud menjadi: gila hormat, gila kekuasaan, sok pintar, cari selamat/aman (anti risiko) dan takut mati. (silahkan anda renungi/kaji diri anda sendiri ).</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Kedua hakekat kodrati tadi dengan diintervensi oleh tempat – waktu dan kondisi, berinteraksi/berinteradiasi dan menyebabkan proses perkembangan manusia serta melahirkan produk the real thing of man/human being. Proses perkembangan tadi tidak bersifat normless, melainkan terikat dan atau terkendali oleh seperangkat tatanan norma-acuan (norm refrences).</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Dalam masyarakat Indonesia ada/berlaku 6 norma acuan pokok yang menuntun/mengendalikan/mengharuskan diri dan kehidupan manusia ialah nroma/syariah agama, budaya agama, budaya adat/tradisi, hukum positif/negara, norma keilmuan, dan norma metafisis (hal ihwal diluar jangkauan kemampuan manusia, alam gaib – kepercayaan).</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Keenam acuan normative tadi ada dalam setiap lingkaran dan aspek serta sistem kehidupan manusia. Dan setiap norma melahirkan acuan nilai dan moral. Norma adalah perangkat ketentuan/hukum/ arahan, dia bisa datang dari luar (eksternal) seperti dari Tuhan/Agama, negara/Hukum, masyarakat/adat dan bisa pula (yang terbaik ) datang dari dalam diri atau sanubari/qolbu kita sendiri. Norma yang sudah menjadi bagian dari hati nurani (suara hati = qolbu !) adalah norma dan nilai – moral yang sudah bersatu raga (personalized) dan menjadi keyakinan diri atau prinsip atau dalil diri & kehidupan kita. Nilai ( value = valere) adalah kualifikasi harga atau isi pesan yang dibawakan/tersurat/tersirat dalam norma tsb (a.l. Norma agama memuat nilai/harga haram – halal – dosa – dll) dan melekat pada seluruh instrumental input manusia (hal-hal yng materiil/imateriil, personal/impersonal, kondisional, behavioral).</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Sedangkan Moral/Moralita adalah tuntutan sikap – perilaku yang diminta oleh norma dan nilai tadi. Maka karenanya suatu norma dari suatu sumber bisa memuat nilai – moral positif maupun negatif dan jumlahnya amat banyak serta bersifat relatif/subjektif – instrumental yang mungkin pula kontradiktif satu dengan lainnya. Contoh simple misalnya Norma agama “dilarang mencuri” memuat nilai a.l. dosa, haram, neraka, dll; moralita yang dituntut jauhi, hindari, jangan dikerjakan.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Sedangkan yang kami maksudkan Sistem dalam kehidupan ialah apa yang dikemukakan oleh Talcot Parson, dimana menurutnya setiap organisme kehidupan (manusia, binatang, tanaman dll) memiliki 5 system; yakni: sistem nilai (value system), system budaya (cultural system); system social (social system), system personal (personal system) dan system organic (organic system).Maka karenanya Diri Manusia dan Astagatra kehidupan manusia yang bersifat organisme hidup tidak luput dari lima system tadi dan setiap system mengacu kepada 6 norma acuan yang ada/dianut/diyakni orang/masyarakat/kehidupannya.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Dari gambaran tadi jelas bahwa diri dan kehidupan manusia sarat/padat norma – nilai dan moral, tidak ada kehidupan yang “value free” (bebas nilai). Potret diri dan kehidupan di atas bila kita jabarkan secara matematis akan nampak sebagai berikut:</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">a. Life Cycles manusia = 5 (diri, keluarga, masyarakat, bangsa/negara dan dunia)</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">b. Aspek kehidupannya = 5 dimensi/aspek (Ipoleksosbudag)</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">c. Sumber Norma acuannya ada 6.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Dari tiga dimensi ini saja maka perangkat Nilai – Moral – Norma (NMNr) yang mengikat/mengendalikan diri & kehidupan manusia berjumlah (5 x 5) x 6 = 150 buah. 150 NMNr ini masih akan dikaitkan (dikalikan) dengan keberadaan 5 system dalam setiap organisme kehidupan (150 x 5 = 750 ) dan dikaitkan lagi dengan status dan peran laku manusia yang bersifat mono pluralistik yang jumlah n. Yang lebih dahsyat lagi ialah bahwa antara komponen di atas (life cycles, aspek, sumber norma dan system) tidak selamanya rujuk dan sering/banyak bersifat kontras/paradoxal. Potret diri & kehidupan manusia dengan perangkat NMNr yang amat kompleks, sarat paradoxal dan kontekstual inilah yang menuntut kehadiran Pendidikan Nilai Moral, sehinggga manusia tetap value based sebagai insan bermoral (morally mature person atau a healthy person) dan kehidupannya tetap terkendali (conditioned). Dalam diri dan kehidupan yang bermoral (berahllak mulia) seluruh sistemnya ( 5 sistem) selalu mengacu kepada seluruh tatanan NMNr yang berlaku/diyakini diri & kehidupan nya, ybs memiliki pengalaman belajar (learning experiences) dan kemampuan (kompetensi) bagaimana dan kapan mengoptimalisasi dan meminimalisasikan perangkat NMNr tadi secara instrumental/kontekstual dan balance. Insan bermoral (berahlak mulia) disamping memakai kemampuan intelektualnya (intellectual intelligence) juga selalu melakukan proses emoting, spiritualisasi (spiritualizing) dan valuing terhadap seluruh dimensi norm reference yang ada (diyakini ybs dan atau kehidupannya) sebelum pengambilan keputusan (taking position). Proses ini makin kini makin rendah (dimensi norm referencesnya maupun value basesnya), dan hanya mengutamakan proses analisis – penilaian (evaluating bukan valuing) intelektual – rasional – konseptual saja.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Dimensi norma acuannya cenderung ke keilmuan (umumnya ekonomik saja) dan atau hukum formal. Perhitungan ekonomik “murah – mahal” hanya dihitung rasional sebagai selisih harga dan “legal – illegal” nya juga bersifat rasional “karena secara formal melanggar/memenuhi ketentuan hukum” saja tanpa diiringi suara hati/qolbu (kasihan, penyesalan, rasa salah/dosa dll).</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Jelas kiranya, orang yang tidak mengenal perangkat tatanan NMNr dan tidak/ jarang dibelajarkan potensi afektualnya (8 potensi) sulit untuk diminta menjadi manusia bermoral. Visi Pendidikan Nilai – Moral disamping membina, menegakkan dan Mengembangkan perangkat tatanan NMNr luhur (6 sumber Nr) adalah juga pencerahan diri dan kehidupan manusia secara kaffah dan berahlak mulia serta kehidupan masyarakat Madaniah (Civil Society). Pendidikan NMNr membawakan misi:</div><div style="text-align: justify;"></div><ol style="text-align: justify;"><li>Memelihara/melestarikan dan membina NMNr menjadi 5 system kehidupan yang kait mengkait.</li>
<li>Mengklarifikasi dan merevitalisasi sub.a sebagai “moral conduct” diri dan kehidupan manusia/masyarakat/bangsa/dunia dimana ybs berada.</li>
<li>Memanusiakan (humanizing), membudayakan (civilizing) dan memberdayakan (empowering) manusia & kehidupannya secara utuh (kaffah) dan beradab (norm/ value based); Insan/Masyarakat bermoral (morally mature/healthy person) dan masyarakat bangsa berkepribadian.</li>
<li>Membina dan menegakan “law and Order” serta tatanan kehidupan yang manusiawi – demokratis – taat azas.</li>
<li>Khusus di negara kita, disamping hal-hal di atas juga membawakan misi pembinaan dan pengembangan manusia/masyarakat/bangsa yang moderen namun tetap berkepribadian Indonesia (sebagaimana kualiifikasi UUSPN 2003).</li>
</ol><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Laju perkembangan iptek yang kian kini kian cepat dan agresif (melalui media cetak elektronik dan produk iptek yang sarat nilai tambah, mudah dan menyenangkan) mulai mereduksi dan mengerosi keberadaan/kelengkapan perangkat sumber norma acuan dan sekaligus pula mengerosi nilai – moralnya. Sumber normative dari Tuhan/Allah (agama), Alam dan budaya/adat serta yang metafisis mulai digeser dan atau diubah oleh sumber karya manusia yakni Ilmu dan Hukum serta teknologi. Iptek dan modernity secara inheren membawakan nilai – moral (karakteristik): added values, easiness, enjoy, rasionalism, sekulerism, materislism, individualism, kompetisi & conflict, spesialisasi, dll. Maka oleh karenanya NMNr kontras – paradoxal kian meningkat dan sering melahirkan “ketimpangan” dan atau kesenjangan keadaan/ kehidupan manusia yang kalau tidak mampu diseimbangkan maka muncul aneka keanehan, stress dan strook. Generation gap, friksi kehidupan rumah tangga dan masyarakat, gaya hidup (life style) yang “aneh”, Hippies dll adalah buah pendidikan parsial yang meninggalkan pendidikan nilai – moral.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Berikut kami angkat beberapa statements para pakar Pendidikan Nilai yang mengungkapkan esensi Diknil:</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">“Value Education or none at all” (Phlips Comb)</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">“Value education is the central of human being” (Piaget, Aristoteles, dll)</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">“Janganlah berfikir sebelum kamu iman, dan jangan berbuat sebelum iman dan berfikir” (Imam Al Gazali).</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">“My country is the world, and my religion is to do good” (Thomas Paine) Dan sebagai insan religius, kita yakini bahwa dalam rukun iman dan Islam yang diminta adalah percaya akan…</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">HAKEKAT PENDIDIKAN KEWARGAAN NEGARA (PKN)</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">PKN atau Civic Education adalah program pendidikan/pembelajaran yang secara programatik – prosedural berupaya memanusiakan (humanizing) dan membudyakan (civilizing) serta memberdayakan (empowering) manusia/anak didik (diri dan kehidupannya) menjadi warga negara yang baik sebagaimana tuntutan keharusan/ yuridis konstitusional bangsa/negara ybs. Rujukan WNI yang baik dalam NKRI ialah UUD 1945/2003 yang jabarannya termuat dalam TAP MPR dan UU (a.l. UUSPN menjadi kiblat seluruh Program dan Sistem pendidikan ). Menurut landasan konstitusional di atas, maka Visi PKN NKRI lahirnya manusia/ WNI dan kehidupan masyarakat bangsa NKRI religius, cerdas, demokratis dan lawful ness, damai – tenteram – sejahtera, moderen dan berkeribadian Indonesia. Misi yang diembannya adalah program pendidikan; yang membelajarkan dan melatih anak didik secara demokratis – humanistik – fungsional.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Membelajarkan hendaknya dimaknai memberi pembekalan pengetahuan melek politik – hukum, membina jati diri WNI berkepribadian/berbudaya Indonesia, melatih pelakonan diri/kehidupan WNI yang melek politik hukum serta berbudaya Indonesia dalam tatanan kehidupan masyarakat – bangsa – negara yang moderen. Dari gambaran di atas maka jelas target harapan pembelajaran PKN NKRI, yakni:</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">1. Secara Programatik memuat bahan ajar yang kaffah/utuh (CAP) berupa bekal pengetahuan untuk melek politik & hukum yang ada/berlaku/imperative dalam kehidupan bermasyarakat – berbangsa dan bernegara NKRI yang demokratis sistim perwakilan – konstitusional. Bahan ajar yang kaffah mutlak harus menampilkan politik – hokum NKRI secara factual – teoritiik konseptual dan normative berikut isi pesan (nilai – moral) serta aturan main dan tata cara pelaksanaannya. Dan sebagai bekal pengetahuan tidak mutlak semua hal disampaikan melainkan dipilah dan dipilih berdasarkan tiga criteria dasar yakni: tingkat esensinya, kegunaannya dan kritis tidaknya.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Hakekat isi pesan program PKN yang utama (lihat UUSPN 2003) harus memuat a.l. :</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">a. Insan dan kehidupan Religius Imtaq dalam semua gatra kehidupan</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">b. Melek politik – hukum tahu/faham hal ihwal keharusan berkehdiupan berbangsa – bernegara baik secara konstitusional maupun secara praksis/ nyatanya (kemarin – kini dan esok hari) Tatanan dan kehidupan Politik – Hukum dan Masyarakat Indonesia.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">c. Insan dan kehidupan Demokratis yang lawfulness dalam NKRI/Pancasila/ berbudaya Indonesia</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">d. Insan dan kehidupan yang Cerdas, damai dan sejahtera</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">e. Insan dan kehidupan yang Cinta bangsa negara, Patriotik: cinta dan bela bangsa negara (hak daulat dan martabat bangsa negara)</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">f. Pergaulan dunia/antar bangsa yang setara dan damai</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">2. Secara Prosedural target sasaran pembelajarannya ialah penyampaian bahan ajar pilihan – fungsional kearah membina, mengembangkan dan membentuk potensi diri anak didik secara kaffah serta kehidupan siswa & lingkungannya (fisik – non fisik) sebagaimana diharapkan/keharusannya ( 6 sumber normative di Indonesia) serta pelatihan pelakonan pemberdayaan hal tersebut dalam dunia nyata astagatranya secara demokratis, humanis dan fungsional.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Tersirat dalam semua uraian di atas sejumlah hal yang secara konseptual dan praksisnya paradox/tabrakan dengan hakekat globalisme dan modernity. Dan ini berarti tantangan riil yang cukup berat untuk dihadapi para guru PKN, PAI bahasa & Budaya Daerah dan semacamnya. Bila kita menyerah berarti kita mengurbankan hakekat kodrati/Illahiah dan social politik diri siswa dan kehidupan Bangsa Negara kita. Jawaban ada di tangan anda ! Globalisme adalah era iptek yang superdeveloped, modernity adalah Neo Geopolitik yang cyberspace/world wide dan Sekuler.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Iptek melahirkan temuan konsep/dalil dan produk baru yang serba elektronik – massal meninggalkan ketergantungan manusia dan kehidupannya terhadap tenaga manusia, binatang dan alam, serta memperpendek jarak waktu antar space. Banyak hal yang semula bersifat “tidak mungkin atau masa iya” kini ada dan terbuktikan. Bahkan iptek mulai mencoba menundukan alam serta kodrat natural manusia, kesemua hal inilah yang menyebabkan manusia “arogan” dan mendewakan dirinya serta melahirkan dalil “I’m nothing but every things” (aku adalah segala – galanya).</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Teknologi industri yang sepenuhnya rational and capital base melahirkan tuntutan kehidupan yang ilmiah – rasional, sekuler, materialistic, capitalism yang kompetitif serta mendorong meningkatnya pola keadaan yang individualistik dan Utilities – beneficial – universal/ global/world wide.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Pola universalism yang kompetitif ini merupakan tuntutan keharusan (opinio necessitatic) teknologi modern yang berproduksi massal. Produksi massal menuntut kapital dan pasar (bahan dan produk) yang meluas dengan tingkat kompitisi kian tajam serta melahirkan sindikat gabungan industri (negara) raksasa yang secara konseptual paradox dengan karakter modernity. Gabungan raksasa industri & negara maju ini dikenal dengan berbagai label, ialah a.l. World Dragons, IGGI, Euro/Nato,AFTA, negara super power, world police dll. Pangsa pasar mereka ialah dunia tanpa batas wilayah (Planetary Territory, Cyber space), wilayah politik kebangsaan (nation) dan bahkan kedaulatan tererosi melalui pola kehidupan sosio politik Demokrasi Modern, Neo Geopolitic,World Peaceful and wealthfare,Multy National Corporation, Transnationalism, Global Capitalism, Planetary Territory dll yang kesemuanya memaksa manusia/bangsa/negara mengglobal sehingga tercipta tatanan norma baru yang dalam internet disebut dengan Normative Globalism yang berpolakan cyber ipoleksosbud dengan super developed technology dalam kehidupan post modernity yang dikendalikan world dragons & super power countries tadi. Suka atau tidak suka, semua orang dan bangsa negara digiring menuju dunia baru itu. Paradigma baru bernegara muncul dalam dalil baru Demokrasi Baru, new democracy yang world wide cq. Western democracy yang liberalis dan kapitalistik dimana kepentingan ekonomi menjadi penjuru dan primadonanya semua hal..</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Dalam awal makalah ini kami cantumkan petikan tulisan Alex Carey, dimana dikemukakan ada tiga kekuatan dahsyat yang muncul di era post modernity ini, yakni perkembangan demokrasi beserta kekuatan korporasisnya, laju propoganda kekuatan kubu korporasi demokrasi termasuk proteksi kubu demokrasi melawan kubu yang berbeda prinsip (a.l. traditionalis cultural atau Oriental Despotism, nasionalisme sempit, serta undemocratic democracy lainnya). Maka melalui berbagai dalih dan dalil (terutama dalih terrorism dan obat bius) maka dunia diwilah-wilah dan diciptakan “aneka conflicts” serta terjadilah berbagai “perang” (war), mulai dari perang Panama, Vietnam samapi perang Teluk , Afganistan, Irak dll yang ujung-ujungnya adalah liberalisasi dan demokrasi yang menyelebungi kepentingan ekonomi dan iptek tinggi (bahan baku dan pangsa pasar). Korporasis kubu demokrasi tadi dalam mewujudkan targetnya , yakni Cyber Politics/ Economics and Modernization (system dan life style) menggunakan berbagai cara dan kekuatan terutama kekuatan ekonomi (bantuan dan atau embargo), pembentukan Hukum/Lembaga Internasional (WTO, NATO,Euro dll) serta sindikat kekuangan (IMF,World Bank, IGGI, dll) yang pada puncaknya digelarnya peragaan kekuatan militer iptek mutahir. Semua hal ini “memaksa” masyarakat bangsa berkembang menerima/mengadopsi dan atau memasuki kubu baru mereka. Dan ironisnya karakter iptek – modernisasi ini bila sudah memasuki kehidupan manusia/masyarakat ybs has a beginning but will has no end ! Geo politik lama (wilayah ditentukan oleh kedaulatan/kekuasaan negara) berubah menjadi Neo Geopolitik, dimana “kepentingan politik suatu/sejumlah negara” (yang adalah kepentingan ekonomi bangsa/negara ybs) menjadi kiblat kekuasaan dengan jalan “menghapuskan batas wilayah nasionalisme sempit dan kekuasaan/ kedaulatan territorial lama”. Semua harus membuka diri, untuk itu kembali teknologi berbicara dalam wujud teknologi militer , media cetak – elektronik dan indsutri.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Media cetak elektronik menjadi pendobrak tradional culture and life style. Melalui budaya dan pendidikan (materiil dan sumber serta media pembelajaran) generasi muda (yang umumnya mayoritas populasi bangsa dan dalam kondisi jiwa inovatif – kreatif dan “revolution age”) diciptakan a new and modern generation yang cinta/gila modernity, new democratic style dan world wide. Dalam kehidupan dan generasi inilah keberadaan tatanan norma dengan perangkat nilai – moral luhur goyah, tergeser dan atau tergusur . Rem normative yang menjadi direktiva (moral conduct) diri & kehidupan “blong” dan terciptalah proses erosi dan dehumanisasi, dimana martabat diri dan kodrat dirinya “dijual dan dikurbankan” untuk kenikmatan, kesenangan dan kemudahan serta nilai tambah duniawi semata . Muncullah generasi dan kehidupan masyarakat yang serba rasional, sekuler, materialistik, individualis – utilities dan kontras dengan sejumlah NMNr luhur yang berlaku/ada/baku serta menamakan diri “kehidupan baru yang modern”.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Harapan kita tentu saja manusia, bangsa negara dan kehidupan Indonesia masuk dalam katagori manusia – bangsa – negara modern super canggih, namun harus tetap manusia dan bangsa yang berbudi luhur yang tetap mampu tampil dalam kepribadian Manusia/Bangsa Indonesia. Kita tidak berharap kehadiran manusia/ masyarakat & kehidupan yang modern namun kufur dan dolim terhadap diri sendiri, NMNr luhur serta warisan budaya (cultural heritage) Indonesia.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Bagaimana kita, bangsa Indonesia mampu membinanya? Pertanyaan ini hendaknya menjadi keperdulian semua orang, terutama para orang tua, pemimpin masyarakat dan negara serta tentu saja para pendidik dan guru. Melihat kecen-derungan “pergeseran status dan fungsi peran keluarga” (di kota maupun desa) sekarang ini maka nampaknya semua beban itu akan terpulang dan harus terpikul oleh Guru dan pendidik cq. Sekolah dengan seluruh instrumental inputs nya. Secara institusional, progaramtik curricular dan prosedural pembelajaran harus kaffah dan value base.Ini adalah harga mati untuk terpenuhinya harapan lahirnya Manusia dan Bangsa yang religius , cerdas, dan berahlak mulia yang tentunya harus diiringi system dan mekanisme kerja berbasis profesionalisme dalam dunia pendidikan.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Keterbatasan dan keterpurukan social ekonomi dan politik, hendaknya jangan menjadi excuse penyelewengan dan pelacuran pendidikan. Hendaknya sama-sama kita sadari bahwa dunia dewasa ini makin terbuka, dan sang maha guru Iptek – elektronik – cetak kini kian merajalela membelajarkan dan melatih pengalaman hidup/belajar generasi penerus bangsa negara ini.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Perlombaan (musabaqoh) pembaharuan kurikulum dan buku teks harus diperhitung kan secara lebih serius (bukan hanya mengejar target waktu/tahun/proyek ) dan harus diiringi peningkatan keberadaan dan tegaknya profesionalisme Pendidik , Guru serta pelaksana pendidikan. Sekolah harus kita fungsionalkan menjadi “agent of changes” dan membelajarkan keluarga dan masyarakat, sehingga tercipta proses revitalisasi fungsi peran keluarga/masyarakat. Hari esok bangsa dan negara kita berada pada our next young generations. Maka benarlah dalil Phillip Combs <i>"Value education or none at all !!"</i></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><b>SUMBER: BUKU PENDIDIKAN NILAI MORAL DALAM DIMENSI PKn: Menyambut 70 Tahun Prof. Drs. H.A. Kosasih Djahiri</b>MGMP PKN CILEGONhttp://www.blogger.com/profile/10221615912309397983noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4871292232261045970.post-80430888375968412282010-10-29T09:58:00.005-07:002010-10-29T10:25:02.950-07:00BAB 1<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsCEepjqgI/AAAAAAAAAAo/Qk7P3E0Pg6c/s1600/PERTEMUAN+1.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsCEepjqgI/AAAAAAAAAAo/Qk7P3E0Pg6c/s1600/PERTEMUAN+1.png" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsC9V30d4I/AAAAAAAAAAw/LLJcEl6eYJ8/s1600/PERTEMUAN+2.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsC9V30d4I/AAAAAAAAAAw/LLJcEl6eYJ8/s1600/PERTEMUAN+2.png" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsC_c_KbqI/AAAAAAAAAA0/q8-YZGUx9Co/s1600/PERTEMUAN+3.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsC_c_KbqI/AAAAAAAAAA0/q8-YZGUx9Co/s1600/PERTEMUAN+3.png" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsCoGBMYBI/AAAAAAAAAAs/V04AbzXQV6E/s1600/PERTEMUAN+4.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsCoGBMYBI/AAAAAAAAAAs/V04AbzXQV6E/s1600/PERTEMUAN+4.png" /></a></div>MGMP PKN CILEGONhttp://www.blogger.com/profile/10221615912309397983noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4871292232261045970.post-46200151915679764002010-10-29T09:58:00.003-07:002010-10-29T10:26:27.975-07:00BAB 2<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsCEepjqgI/AAAAAAAAAAo/Qk7P3E0Pg6c/s1600/PERTEMUAN+1.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsCEepjqgI/AAAAAAAAAAo/Qk7P3E0Pg6c/s1600/PERTEMUAN+1.png" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsC9V30d4I/AAAAAAAAAAw/LLJcEl6eYJ8/s1600/PERTEMUAN+2.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsC9V30d4I/AAAAAAAAAAw/LLJcEl6eYJ8/s1600/PERTEMUAN+2.png" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsC_c_KbqI/AAAAAAAAAA0/q8-YZGUx9Co/s1600/PERTEMUAN+3.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsC_c_KbqI/AAAAAAAAAA0/q8-YZGUx9Co/s1600/PERTEMUAN+3.png" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsCoGBMYBI/AAAAAAAAAAs/V04AbzXQV6E/s1600/PERTEMUAN+4.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsCoGBMYBI/AAAAAAAAAAs/V04AbzXQV6E/s1600/PERTEMUAN+4.png" /></a></div>MGMP PKN CILEGONhttp://www.blogger.com/profile/10221615912309397983noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4871292232261045970.post-32400205540360885642010-10-29T09:58:00.001-07:002010-10-29T10:27:17.919-07:00BAB 3<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsCEepjqgI/AAAAAAAAAAo/Qk7P3E0Pg6c/s1600/PERTEMUAN+1.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsCEepjqgI/AAAAAAAAAAo/Qk7P3E0Pg6c/s1600/PERTEMUAN+1.png" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsC9V30d4I/AAAAAAAAAAw/LLJcEl6eYJ8/s1600/PERTEMUAN+2.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsC9V30d4I/AAAAAAAAAAw/LLJcEl6eYJ8/s1600/PERTEMUAN+2.png" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsC_c_KbqI/AAAAAAAAAA0/q8-YZGUx9Co/s1600/PERTEMUAN+3.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsC_c_KbqI/AAAAAAAAAA0/q8-YZGUx9Co/s1600/PERTEMUAN+3.png" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsCoGBMYBI/AAAAAAAAAAs/V04AbzXQV6E/s1600/PERTEMUAN+4.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsCoGBMYBI/AAAAAAAAAAs/V04AbzXQV6E/s1600/PERTEMUAN+4.png" /></a></div>MGMP PKN CILEGONhttp://www.blogger.com/profile/10221615912309397983noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4871292232261045970.post-45742482222384565572010-10-29T09:57:00.005-07:002010-10-29T10:27:36.184-07:00BAB 4<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsCEepjqgI/AAAAAAAAAAo/Qk7P3E0Pg6c/s1600/PERTEMUAN+1.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsCEepjqgI/AAAAAAAAAAo/Qk7P3E0Pg6c/s1600/PERTEMUAN+1.png" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsC9V30d4I/AAAAAAAAAAw/LLJcEl6eYJ8/s1600/PERTEMUAN+2.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsC9V30d4I/AAAAAAAAAAw/LLJcEl6eYJ8/s1600/PERTEMUAN+2.png" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsC_c_KbqI/AAAAAAAAAA0/q8-YZGUx9Co/s1600/PERTEMUAN+3.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsC_c_KbqI/AAAAAAAAAA0/q8-YZGUx9Co/s1600/PERTEMUAN+3.png" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsCoGBMYBI/AAAAAAAAAAs/V04AbzXQV6E/s1600/PERTEMUAN+4.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsCoGBMYBI/AAAAAAAAAAs/V04AbzXQV6E/s1600/PERTEMUAN+4.png" /></a></div>MGMP PKN CILEGONhttp://www.blogger.com/profile/10221615912309397983noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4871292232261045970.post-48901900129172882342010-10-29T09:57:00.003-07:002010-10-29T10:27:51.799-07:00BAB 5<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsCEepjqgI/AAAAAAAAAAo/Qk7P3E0Pg6c/s1600/PERTEMUAN+1.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsCEepjqgI/AAAAAAAAAAo/Qk7P3E0Pg6c/s1600/PERTEMUAN+1.png" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsC9V30d4I/AAAAAAAAAAw/LLJcEl6eYJ8/s1600/PERTEMUAN+2.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsC9V30d4I/AAAAAAAAAAw/LLJcEl6eYJ8/s1600/PERTEMUAN+2.png" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsC_c_KbqI/AAAAAAAAAA0/q8-YZGUx9Co/s1600/PERTEMUAN+3.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsC_c_KbqI/AAAAAAAAAA0/q8-YZGUx9Co/s1600/PERTEMUAN+3.png" /></a></div><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsCoGBMYBI/AAAAAAAAAAs/V04AbzXQV6E/s1600/PERTEMUAN+4.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/_DjdLG02-Zbg/TMsCoGBMYBI/AAAAAAAAAAs/V04AbzXQV6E/s1600/PERTEMUAN+4.png" /></a></div>MGMP PKN CILEGONhttp://www.blogger.com/profile/10221615912309397983noreply@blogger.com0